Merza Gamal
Merza Gamal Konsultan

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Memelihara Kebahagiaan Hati Setelah Ramadan untuk Menjadi Mukmin Sejati Sepanjang Masa

17 April 2024   03:19 Diperbarui: 17 April 2024   03:29 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memelihara Kebahagiaan Hati Setelah Ramadan untuk Menjadi Mukmin Sejati Sepanjang Masa
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Bulan Ramadhan telah berlalu, meninggalkan kita dengan kenangan yang indah dan perasaan kebahagiaan yang berbeda dari bulan-bulan lainnya. Namun, bagaimana kita dapat mempertahankan kebahagiaan dan ketenangan hati setelah bulan suci tersebut berakhir?

Saat kita merayakan Idul Fitri pada tanggal 1 Syawal, bukan berarti kita harus mengendorkan ibadah-ibadah yang telah kita jalani selama Ramadhan. Sebaliknya, bulan Syawal adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan kualitas spiritual kita dan terus berupaya menjadi Mukmin Sejati sepanjang masa.

Allah SWT memberikan jaminan keamanan dan kebaikan kepada hamba-Nya yang banyak beristighfar. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits, "Sesungguhnya, Allah Ta'ala menurunkan untuk umatku dua jaminan keamanan." Salah satu obat dari segala macam kesulitan dan penyakit spiritual adalah istighfar. 

Rasulullah SAW bersabda, "Siapa melazimkan (memperbanyak) istighfar, niscaya Allah Ta'ala akan (1) menjadikan baginya jalan keluar atas segala kesusahannya, (2) kelapangan atas segala kesempitannya, dan (3) dia akan dikaruniai rezeki dari jalan yang tiada disangka-sangka olehnya."

Begitu juga, Syawal bukanlah waktu untuk mengendorkan ibadah-ibadah yang telah kita jalani selama Ramadhan sebagai great training. Sebaliknya, bulan Syawal adalah saatnya melakukan continuous improvement dalam ibadah kita. Konsistensi dalam menjalankan ibadah, meningkatkan kualitas ibadah, dan terus berbuat kebaikan kepada sesama adalah kunci untuk mempertahankan kebahagiaan dan ketenangan hati.

Selain itu, mari gunakan bulan Syawal sebagai waktu untuk bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan selama Ramadhan dan sepanjang tahun. Lakukanlah introspeksi diri untuk mengevaluasi kekurangan dan kelebihan kita selama bulan suci tersebut, serta berupaya untuk terus memperbaiki diri.

Dengan memperbanyak istighfar, menjaga konsistensi dalam ibadah, berbuat kebaikan kepada sesama, bersyukur, dan melakukan introspeksi diri, kita dapat memelihara kebahagiaan hati setelah Ramadhan berlalu dan terus menjadi Mukmin Sejati sepanjang masa. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kekuatan dan petunjuk untuk tetap istiqamah dalam menjalankan ibadah-Nya.

Selain memperbanyak istighfar, terdapat beberapa langkah penting yang bisa diambil untuk memelihara kebahagiaan hati dan meningkatkan ketaqwaan untuk menjadi mukmin sejati bukan hanya pada saat Ramadan, yaitu dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:

  1. Konsistensi dalam Ibadah: Konsistensi dalam menjalankan ibadah-ibadah, seperti shalat lima waktu, membaca Al-Qur'an, dan berdzikir, adalah kunci untuk mempertahankan kebahagiaan dan ketenangan hati. Tetap menjaga rutinitas ibadah yang telah dibangun selama Ramadhan akan membantu memperkuat ikatan spiritual kita.
  2. Menjaga Hubungan dengan Allah: Selain istighfar, menjaga hubungan yang erat dengan Allah SWT melalui doa, tawakkal, dan memperdalam pengetahuan agama juga penting. Semakin dekat kita dengan Allah, semakin besar juga kebahagiaan dan ketenangan hati yang kita rasakan.
  3. Berbuat Kebaikan: Melakukan perbuatan baik kepada sesama manusia adalah salah satu cara terbaik untuk memelihara kebahagiaan hati. Dengan memberikan sedekah, membantu orang lain, dan berbagi kebaikan, kita akan merasakan kebahagiaan yang lebih dalam.
  4. Bersyukur dan Bersabar: Bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah, serta bersabar dalam menghadapi ujian dan cobaan hidup, adalah sikap yang penting untuk memelihara kebahagiaan dan ketenangan hati. Dengan sikap ini, kita akan mampu melewati setiap tantangan dengan penuh kekuatan dan keyakinan.
  5. Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental: Kesehatan fisik dan mental yang baik juga berperan penting dalam memelihara kebahagiaan hati. Rajin berolahraga, menjaga pola makan yang sehat, dan meluangkan waktu untuk istirahat dan relaksasi akan membantu menjaga keseimbangan emosi dan spiritual kita.

Dengan mengambil langkah-langkah ini, kita dapat memelihara kebahagiaan hati setelah Ramadhan berlalu dan terus menjadi Mukmin Sejati sepanjang masa.

Ketika seseorang merasakan ketenangan dan kebahagiaan dalam dirinya, hal itu menggambarkan bahwa hatinya tenang, jiwa dan qalbunya tenteram, serta dadanya merasa lapang. Lebih dari sekadar perasaan bahagia, keadaan ini juga mencerminkan kebebasan dari ketakutan, kecemasan, dan resah gelisah yang sering mengganggu pikiran dan hati manusia.

Dalam konteks spiritualitas, memiliki ketenangan batin yang dalam adalah seperti meraih surga dunia sebelum memperoleh surga akhirat. Artinya, kebahagiaan yang dirasakan di dunia ini adalah awal dari kebahagiaan yang abadi di akhirat. Ketika seseorang mampu menjaga ketenangan dan kebahagiaan hati, ia juga akan meraih kedamaian dan kebahagiaan yang lebih besar di akhirat.

Sebagai penutup, marilah kita merenungkan pentingnya menjaga keadaan hati dan jiwa agar tetap tenang dan damai, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan dan kesulitan dalam hidup. Dengan menjaga ketenangan hati, kita dapat meraih kebahagiaan yang hakiki di dunia ini dan kebahagiaan abadi di akhirat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun