Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.
Cerita Toleransi di Millenium Sirih Jakarta Pusat
Sebagai masyarakat yang plural Indonesia sangat menjunjung toleransi. Cerita toleransi antar umat beragama dapat ditemukan di mana saja dan kapan saja. Wujud toleransi dapat ditemukan di tempat umum, perkotaan, atau pedesaan.
Adalah kisah tentang toleransi di hotel Millenium Sirih Jakarta. Toleransi itu tampak dalam kegiatan fasilitasi dan advokasi penguatan kapasita sekolah yang diikuti oleh 140 orang peserta dari berbagai daerah di seluruh Nusantara.
Peserta datang dengan berbagai identitas suku, agama, sosial, dan budaya. Saya duduk dengan seorang peserta dari Papua yang datang dengan pakaian suster. Kami ngobrol dan bercengkerama tanpa saling bertanya tentang agama masing-masing selain tentang kondisi sekolah dan kehidupan masyarakat di sekitar masing-masing.
Empat hari peserta berbaur dalam perbedaan dan pluralitas. Satu tujuan yang ingin dicapai peserta adalah peningkatan kapasitas dan kompetensi diri peserta dalam penyelenggaraan dan pengelolaan satuan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan yang berkualitas melalui pembelajaran berdiferensiasi dan berpusat pada peserta didik.
Berbicara tentang toleransi biasanya sangat lekat dengan kehidupan beragama yang hidup secara berdampingan.
Toleransi merupakan salah satu semangat yang sedang dibangun secara bersama-sama dalam dunia pendidikan. Ada beragam kisah dari peserta yang bertujuan berbagi praktek baik tentang pengembangan sikap toleransi di sekolah masing-masing. Terutama cerita toleransi dari sekolah yang berasal dari kehidupan yang plural atau heterogen
Pihak hotel sendiri telah menunjukkan sikap toleransi dengan beberapa bentuk. Dilansir dari Wikipedia, Hotel Millenium Sirih Jakarta merupakan salah satu hotel yang berada di bawah Millennium & Copthorne Hotels plc yang berpusat di London, Inggris. Grup ini mengelola sekitar 120 hotel di Asia, Australia, Eropa, Timur Tengah, dan Amerika Utara.
Saya berasumsi bahwa pemilik hotel bukan beragama Islam. Namun pihak hotel telah menunjukkan sikap toleransi yang bagus. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan Mushola di tiga basement yang ada.
Memasuki lobi hotel, pengunjung disambut dengan sebuah ucapan "Ramadhan Kareem 1445" yang membatasi lobi dengan ruang makan para tamu. Ini merupakan salah satu bentuk toleransi hotel yang dapat ditemukan dalam suasana Ramadhan. Tulisan serupa juga dapat ditemukan di dalam lift dan beberapa titik lainnya. Apapun motivasinya yang jelas pihak hotel telah menunjukkan sikap toleransi dengan mengucapkan kegembiraannya terhadap kehadiran bulan suci Ramadhan.
Perbedaan keyakinan peserta juga telah membuat hotel memberikan pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta. Misalnya, saat makan siang, peserta yang tidak beragama Islam mendapatkan fasilitas makanan dan minuman yang telah dikemas dalam kotak untuk dikonsumsi di kamar hotel atau tempat tertutup. Saya berkeyakinan ini untuk menjaga konsentrasi peserta yang beragama Islam dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Seandainya peserta atau teman-teman nonis (non Islam) diberikan fasilitas makanan secara terbuka juga tidak apa-apa. Bagi saya justru tantangan berpuasa itu adalah ketika kita dihadapkan pada situasi yang menggoda dalam keadaaan lapar dan dahaga.
Peserta yang tidak berpuasa juga memilih makan di tempat yang tertutup sebagai wujud toleransi terhadap peserta yang tengah menjalani ibadah puasa.
Kegiatan tersebut juga dilakukan hampir tanpa istirahat, terutama waktu ashar. Kegiatan biasanya berakhir menjelang Maghrib. Namun panitia memberikan kesempatan kepada peserta Muslim untuk menunaikan shalat ashar secara bergiliran saat kegiatan berlangsung.
Saat malam tiba, kebijakan panitia yang patut diapresiasi adalah meniadakan kegiatan. Kebijakan ini bermaksud untuk memberikan peserta Muslim dapat melaksanakan shalat tarawih dan shalat malam. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh sejumlah peserta beragama Islam untuk mengikuti shalat tarawih di Masjid Istiqlal Jakarta yang letak tidak jauh dari Hotel Millenium Sirih Jakarta.
Itulah cerita toleransi yang dapat saya temukan di Hotel Millenium Sirih Jakarta selama empat hari.
Lombok Timur, 31 Maret 2024