Muhammad Barid
Muhammad Barid Guru

Suka berkebun dan pelihara ternak

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Ibadah Pura-pura

26 Maret 2024   08:50 Diperbarui: 26 Maret 2024   09:03 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibadah Pura-pura
Dok. pribadi

Banyak orang Islam yang selama hidupnya jarang melakukan ibadah. Baik ibadah mahdhoh maupun ghoiru mahdhoh. Ibadah yang rutin maupun yang tidak. Ibadah yang wajib maupun yang sunnah. Semua itu terjadi karena kurangnya pemahaman mereka terhadap agama yang dianutnya. Hal itu bisa terjadi karena, dulu ketika mereka masih kecil hingga remaja kurang didikan dan pengawalan terhadap pelaksanaan ajaran agama mereka. 

Mengingat betapa pentingnya pangamalan ajaran agama dalam Islam, maka sudah semestinya setiap orang yang mengaku beragama,  mematuhi semua prinsip ajaran agama yang diyakininya itu. Termasuk semua bentuk peribadatan yang diwajibkan dalam agama tersebut.

Bagi orang Islam, Shalat, Puasa, Zakat, dan semua hal dalam kehidupannya itu termasuk ibadah. Hal ini tentu harus disertai niat yang benar dan tulus karena Allah swt semata. Ini penting karena tanpa niat yang benar, amalan seseorang bisa tidak bernilai ibadah. Karena bernilainya amalan seseorang itu dilihat dari niatnya. "Innamal a'maalu binniyah", sesungguhnya amalan seseorang itu tergantung niatnya. 

Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus menghindari amalan yang dilakukan secara pura-pura. Semua perbuatan yang kita lakukan musti diawali dengan niat yang benar. Yakni tulus karena Allah swt. semata. Bukan ibadah yang dilakukan karena kita akan dilihat oleh seseorang. Atau ibadah yang dilakukan dengan niat untuk menarik simpati atau mencari perhatian dari seseorang atau masyarakat. Bukan pula amalan yang dilakukan untuk menarik simpati demi menaikkan citra diri. Tetapi ibadah dan amalan yang dilakukan itu harus dapat mencerminkan ketaqwaannya kepada Tuhan, apalagi dalam setiap sendi kehidupan.

Untuk itu perlu kita renungkan ulang, apakah selama ini ibadah dan amalan kita itu sudah betul-betul murni karena ketundukan kita semata kepada Allah, ataukah masih belum. Jika masih belum, maka momentum Ramadhan ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk membuka lembaran baru memperbaiki kualitas keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah dengan melaksanakan ibadah-ibadah sungguhan, bukan ibadah pura-pura.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun