Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... Freelancer

Autodidak nekat, tidak lulus PAUD, hobi baca spanduk, hobi olahraga jalan kaki, dan bekerja online dari rumah.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Di Balik Manisnya Gudeg Lebaran Tersimpan Kompas Kehidupan

6 April 2025   10:03 Diperbarui: 7 April 2025   09:55 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penjual gudeg malam hari di Yogyakarta. (Dok. Shutterstock/ LHismanto via kompas.com)

"Amemangun karyenak tyasing sesama" (Menghadirkan kebahagiaan di hati sesama) - falsafah sajian Gudeg Lebaran

Mitos Pamali Selasa Kliwon dan Makna Sajian Gudeg Khas Lebaran

Pernahkah Anda menunda menyantap gudeg hanya karena hari itu jatuh pada Selasa Kliwon? Di Yogyakarta, mitos semacam ini bukan sekadar cerita turun-temurun. Ia hidup, dipercaya, dan dijalankan oleh banyak pelaku kuliner, bukan sebagai penghalang selera, melainkan sebagai bagian dari kearifan lokal yang kaya makna.

Data dari Dinas Kebudayaan DIY tahun 2023 mencatat, sebanyak 62% pelaku usaha gudeg tradisional masih menghindari memasak pada hari-hari tertentu yang dianggap "pamali". 

Apa yang tampak seperti kepercayaan kuno ternyata menyimpan logika ekologis dan filosofi mendalam---cara masyarakat dahulu menyatu dengan alam dan merumuskan aturan secara simbolik agar mudah diterima.

Tradisi Kuliner Jogja: Warisan Leluhur yang Lebih Dalam dari Sekadar Rasa

Yogyakarta bukan sekadar kota pelajar atau tujuan wisata budaya. Ia adalah laboratorium hidup di mana mitos, adat, dan inovasi kuliner bersatu. 

Penelitian Pusat Studi Jawa UGM (2022) menemukan 17 mitos kuliner masih hidup dan memengaruhi konsumsi masyarakat. Larangan membeli bakpia dalam jumlah ganjil, atau kepercayaan bahwa wedang uwuh bisa menyembuhkan penyakit, adalah contoh nyata.

Tapi bagaimana generasi muda menyikapinya? Survei Lembaga Budaya Yogyakarta (2024) mencatat bahwa 48% generasi muda (18--35 tahun) menganggap mitos kuliner sebagai tradisi yang layak dilestarikan---asal tidak dijalani secara kaku. Tradisi, bagi mereka, harus mampu berdialog dengan zaman.

Kearifan Terselubung di Balik Mitos

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun