Cerita Inspiratif dari Bidan Nani yang Penuh Dedikasi

Cerita inspiratif kali ini datang dari seorang bidan desa yang penuh dedikasi bernama Nani Mulyani. Ibu bidan, biasa ia disapa. Menjadi orang yang banyak disayang dan dihargai warga Desa Indragiri, lebih dari sekadar profesi, menurutnya menjadi bidan adalah bagian dari cara hidup untuk menebar manfaat bagi sesama.
Aku sendiri banyak mendengar cerita dari orang tua yang mengalami cerita hidup di desa lebih lama, termasuk cerita tentang bagaimana warga Desa Indragiri mengakses fasilitas kesehatan. Dari sekian banyak cerita, salah satu yang selalu membuat aku antusias mendengarkannya adalah bab kedatangan bu Nani ke desa kami. Sejak awal ia menjadi bidan di desa, ia sudah terdengar baik dan bekerja penuh cinta.
Kabarnya, Bidan Nani mulai menangani persalinan banyak wanita di Indragiri dari tahun 90-an pertengahan, sampai sekarang. Salah satu yang pernah ditolong Bu Nani adalah ibuku, yang melahirkan aku. Hingga hari ini aku didampingi olehnya, meski persalinanku tidak ditangani langsung, tapi ia sangat telaten mendengarkan, memberikan masukan dan menerima keluhan selama aku hamil.
Sejak minggu pertama kehamilanku, sampai sekarang anakku 2 tahun, bu bidan masih sangat memperhatikan aku dan anakku. Kebaikan dan ketulusannya seakan-akan selalu ada di setiap waktu. Kehidupannya yang terdengar sangat sibuk saat melayani banyak warga sebagai pasiennya, sangat pantas dibalas kebaikan pula oleh Tuhan.
Bagaimana tidak? Mungkin sepanjang pengabdiannya, ia tidak pernah menggunakan istilah jam kerja. Tidak ada jam tutup dan jam buka. Warga hanya tidak dilayani jika dirinya sedang ada keperluan mendadak, atau tidak ada di tempat karena keperluan dinas lain.
Warga bisa datang ke rumahnya tengah hari, tengah malam, bahkan dini hari pun selalu ia layani, meski warga tak tahu bahwa ia baru beristirahat beberapa menit saja. Ramadan kali ini, aku juga mendengar cerita tentang ia yang menolong seseorang dan menerima konsultasi di waktu sahur. Lalu baru-baru ini, menolong persalinan seorang wanita saat orang lain tengah berbuka puasa.
Aku juga pernah mendengar, di ramadan lalu ia sempat melewatkan makan sahur karena harus melakukan pertolongan pertama kepada seorang warga dan harus sesegera mungkin melakukan operasi kecil. Aku sempat menceritakan kepada teman-temanku, bagaimana cara keluarga kami berobat jika mengalami masalah kesehatan. Mereka tidak percaya kalau di desaku banyak kasus kecelakaan dan masalah kesehatan bisa ditangani oleh bidan desa.
Menurut pandangan mereka, bidan itu hanya berurusan dengan kesehatan ibu dan anak. Tapi nyatanya, di Indragiri peran bidan lebih daripada itu. Ia menolong dan banyak mendukung secara moril, ia juga banyak menolong warga yang tengah kesulitan.
Untuk ukuran warga desa, masalah finansial selalu menjadi kendala. Termasuk untuk urusan kesehatan, banyak warga yang tidak betul-betul punya anggaran darurat jika terjadi masalah kesehatan di keluarganya. Bu bidan Nani juga melayani warga yang menggunakan asuransi kesehatan dari pemerintah yakni BPJS, dan semuanya bersifat gratis.
Jiwa pengabdi yang sejati ini ia turunkan pada anaknya yang sekarang menjadi TNI. Ia sering bercerita bahwa anaknya juga memiliki hati dan jiwa yang sama seperti dirinya, yakni mengabdi dan penuh dedikasi. Ia berhasil melahirkan abdi negara yang benar-benar seperti dirinya.
Content Competition Selengkapnya
Kisah Inspiratif Orang-Orang di Sekitarmu
MYSTERY TOPIC
Mystery Topic 4
Mudik Hijau untuk Kurangi Jejak Karbon
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.
Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025