Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Guru

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ramadan, Saatnya Detox Pikiran: Puasa Sebagai Terapi Mental

13 Maret 2025   13:00 Diperbarui: 13 Maret 2025   13:14 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadan, Saatnya Detox Pikiran: Puasa Sebagai Terapi Mental
Ilustrasi Puasa dan Kesehatan Mental ( Sumber: freepik.com)

Ramadan, Momentum Menyegarkan Jiwa dan Pikiran

Ramadan bukan sekadar waktu untuk menahan lapar dan haus. Lebih dari itu, bulan suci ini adalah momen penyucian diri, baik secara fisik maupun mental. Namun, di tengah rutinitas yang padat, tak jarang kita justru merasa stres, kelelahan emosional, atau bahkan mengalami burn-out.

Di sinilah konsep “detox pikiran” menjadi relevan. Layaknya tubuh yang mengalami detoksifikasi saat puasa dengan mengeluarkan racun-racun dari dalam, pikiran dan jiwa pun perlu dibersihkan dari stres, kecemasan, dan tekanan hidup. 

Bagaimana Ramadan bisa menjadi terapi mental yang efektif? Artikel ini akan mengupasnya dari sisi psikologi, kesehatan mental, dan perspektif Islam.

Puasa dan Kesehatan Mental Dalam Perspektif Psikologis 

Puasa tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan fisik, tetapi juga berperan besar dalam menyehatkan mental. Saat berpuasa, tubuh mengalami perubahan biologis yang berdampak langsung pada kondisi psikologis. 

Produksi hormon stres seperti kortisol menurun, sementara hormon kebahagiaan seperti serotonin dan dopamin meningkat. Selain itu, puasa juga melatih kesabaran, mengendalikan emosi, dan membantu seseorang lebih fokus pada makna hidup. 

Dengan kata lain, Ramadan bukan sekadar ibadah, tetapi juga momen untuk merawat kesehatan mental dan mencapai ketenangan jiwa. Berikut beberapa alasan puasa dapat dikatakan sebagai terapi mental.

1. Mengurangi Hormon Stres (Kortisol) & Meningkatkan Kebahagiaan

Penelitian dalam Journal of Behavioral Medicine menunjukkan bahwa puasa dapat menurunkan kadar kortisol, hormon utama penyebab stres. Selain itu, puasa juga meningkatkan dopamin dan serotonin, dua hormon yang berperan dalam menciptakan perasaan bahagia dan tenang.

Efeknya pikiran lebih jernih dan rileks, mengurangi kecenderungan overthinking dan kecemasan serta meningkatkan fokus dan konsentrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

24 Mar 2025
SEDANG BERLANGSUNG

MYSTERY TOPIC

Gadai Peduli Solusi Keuangan Masyarakat

pegadaian  blog competition  ramadan bercerita 2025  ramadan bercerita 2025 hari 22 
25 Mar 2025

Kasih Bocoran Outfit Lebaran

blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 23
26 Mar 2025

MYSTERY CHALLENGE

Instagram Reels
Reportase Kondisi Pasar Jelang Lebaran

blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 24
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Nunggu Bedug Makin Seru di Bukber Kompasianer

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.

Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun