Jatuh cinta dengan jersey tim sepakbola. Kuliner, gunung, dan sedikit berwisata ke pantai.
Rebutan Wafer dalam Kaleng
Akhirnya hari kemenangan telah tiba, meskipun di tahun 1444 H perayaannya tidak berbarengan. Hari raya idul fitri bagi semua orang di Indonesia biasa menyebutnya lebaran tentu tidak bisa lepas dari sajian kue yang khas. Lebaran tidak akan lengkap tanpa adanya kue lebaran.
Kue lebaran merupakan sajian pelengkap yang disuguhkan bagi para tamu yang berkunjung ke rumah kita saat lebaran. Para tamu yang datang merupakan sanak saudara, tetangga, dan kerabat yang ingin bersilaturahim dan saling bermaaf-maafan. Suasana akan terasa lebih hangat ketika kita bercengkrama ditemani kue-kue lebaran yang hanya bisa ditemui saat lebaran.
Kue lebaran memang selalu menjadi kenangan. Maklum, kehadirannya kan hanya setahun sekali. Jadi tentunya akan sangat-sangat dinantikan. Apalagi saat makan kue lebaran ada momen-momen spesial yang menyertai. Pastinya hal tersebut akan selalu kita kenang.
Seperti kenangan saya saat kecil dulu. Kue lebaran menjadi semacam simbol supremasi dikalangan saya dan teman-teman. Kami sibuk membandingkan siapa yang punya kue paling enak, mahal, dan beraneka ragam. Tidak jarang kita saling sindir dan bercanda persoalan kue lebaran, hanya untuk menunjukkan bahwa kue lebaran di rumah kita adalah yang terbaik. Namun, itu semua tidak menjadikan kami larut dan berujung permusuhan. Semua dilakukan hanya untuk kesenangan, dan menjadikan suasana lebih seru dan meriah.
Lantas apa kue lebaran yang paling diidamkan saat itu? Bukan nastar, kastengel ataupun putri salju. Kue lebaran yang paling diperebutkan oleh anak-anak adalah wafer kalengan. Bagi kami, kue dalam kemasan kaleng merupakan barang mewah. Tidak semua orang punya kesempatan mencicipinya. Maka tak heran ketika kita berkeliling rumah ke rumah sasaran utamanya adalah wafer kalengan. Kami akan siap saling "sikut" untuk dapatkan satu wafer kalengan.
Tawa lepas dan bahagia yang muncul dari wajah kami saat itu menjadi kenangan luar biasa yang tak terlupakan. Pada akhirnya "perang perebutan" kue lebaran hanya menjadi pembuktian di atas lapangan. Tidak ada dendam atau kebencian antar teman, kami hanya ingin bersenang-senang dengan cara yang sederhana. Kami belajar untuk berbagi kemenangan, tidak mabuk kemenangan, dan kebersamaan. Sebaliknya, bagi yang tidak mendapatkan, kami belajar ikhlas, menerima apa adanya, dan menjaga kekompakan dalam berteman.
Itulah sedikit cerita dari saya tentang kue favorit saat lebaran. Pembaca sekalian tentu punya cerita yang berbeda. Silahkan bercerita tentang kue favorit lebaran versi Anda. Sampai jumpa ditulisan yang selanjutnya.