Anwar Effendi
Anwar Effendi Jurnalis

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Siraman Rohani dari Meja Biliar

17 Mei 2020   12:52 Diperbarui: 17 Mei 2020   12:53 1113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siraman Rohani dari Meja Biliar
Mengajarkan anak-anak berbagi dari meja biliar. (foto: dok. pribadi)

Bulan Ramadan 2010. Selepas salat Ashar, waktunya ngabuburit. Waktu itu, seminggu lagi mau Lebaran. Saya dan keluarga sudah mudik dan berada di Kota Cirebon. Istirahatnya di rumah mertua Jalan Warnasari Kelurahan Kesambi Kota Cirebon.

"Ayah kita ngabuburitnya kemana?" tanya anak-anak.

"Bagaimana kalau kita main biliar? Nanti kalian tidak kerasa menghabiskan waktu. Tiba-tiba sudah Maghrib saja," jawa saya.

"Asyiiiik. Wah bakalan seru nih. Main biliar gitu loh," kata anak perempuan saya, yang waktu itu masih SMP.

Dari rumah mertua di Jalan Warnasari, saya ajak tiga anak jalan kaki menuju ke lokasi main biliar di Jalan Pulasaren. Di situ ada tempat main biliar yang cukup representaif. Dulunya bekas gedung bioskop Paradise.

Saya ajak anak-anak masuk ke gedung biliar tersebut. Beberapa pengunjung yang sudah ada di dalam tempat biliar, memandang ke arah dengan tatapan aneh. Wajar kalau mereka begitu, soalnya selama ini gedung biliar konotasinya dekat dengan tempat yang negatif. Sementara saya ke situ bawa anak-anak.

Seperti pengunjung lainnya, saya pun minta pesan meja biliar. Anak-anak sangat antusias menyodok bola. Apalagi kalau bola yang diarahnya masuk ke lubang. Teriakan YES terlontar beberapa kali. Diiringi pula dengan gerakan jingkrak-jingkrak. Keruan saja pemain biliar di meja lain merasa terngganggu.

Fokus untuk berbagi. (foto: dok. pribadi)
Fokus untuk berbagi. (foto: dok. pribadi)

Benar saja anak-anak sampai lupa sudah berapa kali menghabiskan game. Melihat jam, sebentar lagu masuk waktunya Maghrib. Saya menghentikan permainan. Anak-anak sedikit kecewa. Tapi setelah diberi tahu sudah mau Maghrib akhirnya mereka menerima.

Saya panggil pelayan perempuan yang sedari tapi mengurus meja biliar yang digunakan anak-anak. Kemudian bertanya berapa harus saya membayar. setelah membayar tagihan, saya tidak lupa memberi tips kepada pelayan perempuan tadi. Anak-anak rupanya melihat apa yang saya lakukan.

Tiba di rumah, anak-anak langsung mengadu ke ibunya. "Bu, tadi ayah ngasih uang ke cewek," ujar si bungsu kepada ibunya.

Untung ibunya cuma tersenyum. Tahu betul kelakuan suaminya.

Akhirnya saya panggil anak-anak. Saya coba menjelaskan mengapa saya memberi uang kepada seorang perempuan di tempat biliar.

"Ayah nggak selingkuh dari ibu loh. Itu uang tanda terimakasih, perempuan itu telah membantu kita. Memasang dan merapikan bola. Mencatat skore permainan kalian. Lumayan juga capek loh, sementara dia dapat upah dari bossnya tidak seberapa," kata saya kepada anak-anak.

Nanti kalian juga, kalau dewasa nanti, jika punya rezeki lebih, biasakan untuk memberi. Jangan khawatir rezeki kita berkurang. Dengan sering berbagi, rezeki kita justru semakin diluaskan. Jangan berharap, mendapat imbalan dari orang yang kita beri. Karena Allah SWT, pasti akan melimpahkan rezeki yang datangnya tidak diduga-duga.

Tepat sasaran untuk berbagi. (foto: dok. pribadi)
Tepat sasaran untuk berbagi. (foto: dok. pribadi)

Dari penjelasan itu, alhamdulillah anak-anak jadi terbiasa berbagi kepada orang-orang yang dianggap perlu ditolong. Atau kadang mereka justru suka mengingatkan saya, jangan lupa berbagi. Misalnya sesudah makan bersama di rumah makan, anak-anak suka mencolek saya agar jangan lupa menyimpan uang lebih di meja, sebagai tips kepada pelayan yang telah mengantarkan pesanan dan membereskan meja.

Berbagi juga bisa dilakukan terhadap pedagang tisu di perempatan jalan. Jika kita membeli tisu dan punya uang lebih, ada baiknya tidak minta uang kembalian kepada pedagang. Mungkin, apa yang kita lakukan itu, akan membahagiakan pedagang tisu. Jika kita bisa membahagiakan orang lain, itu nilainya luar biasa. Apalagi kalau orang yang kita beri, langsung mendoakan kita. Maka, doa-doanya akan disimpan di langit. Suatu saat, kita akan membutuhkan doa-doa itu, dan Allah akan turunkan dari langit.

Doa yang diturunkan dari langit, tidak mesti kembali menjadi rezeki yang sama seperti kita berikan. Tapi juga bisa berubah menjadi, perlindungan bagi kita. Mungkin kita akan diselamatkan dari mara bahaya. Atau doa dari orang yang pernah kita beri itu, diturunkan dari langit berupa jadi kebahagiaan dalam rumah tangga.

Jadi jangan sepelekan kekuatan doa, dari orang-orang yang telah kita beri. Siapa tahu kesuksesan yang diraih kita dalam karier, itu bagian dari doa mereka yang kembali diturunkan dari langit. Pun dalam keberhasilan anak-anak selama menuntut ilmu, bisa jadi ada andil dari doa mereka.

Begitulah, kelas saya, baru bisa memberikan siraman rohani kepada anak-anak. Itu juga tidak dilakukan secara formal dalam bentuk ceramah. Saya tanamkan nilai-nilai berbagi, cuma dari meja biliar, dimana saat itu anak-anak bahagia. Kadang sebagian orang, dalam keadaan bahagia, suka lupa untuk bersyukur dan berbagi. (Anwar Effendi)***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun