Menolak Semua Ajakan Bukber, Kecuali Ada Salat Bersama
Bukber, katanya adalah momen tepat untuk mengumpulkan kebersamaan dan mengikat tali persaudaraan. Saya setuju, bukber memang bisa membuat suasana silaturrahmi indah.
Sejak lulus SMP, teman-temanku satu alumni mengajak aku untuk ikut bukber. Tapi, selalu aku tolak. Demikian juga, saat lulus SMA. Bukber, yang menjadi ajang reuni itu tak pernah aku ikut menghadirinya.
Sebetulnya ini alasanku kenapa selalu menolak ajakan bukber.
Pertama kenapa aku menolak ajakan bukber dari teman-teman, karena aku gak punya duit. Hehehe...maklum, teman-teman selalu ngajak-ngajak bukber ke cafe-cafe mahal yang nguras kantong banget buat beli takjil doang.
Kedua; Aku introvert. Jadi, perkumpulan-perkumpulan itu cuma buat kepalaku stress. Apalagi kalau bukbernya sama teman lama yang udah lama banget gak jumpa. Rasanya akan kaku, kalau mau ngobrolin topik lagi. "Kalau jumpa sama mereka, mau ngomong apa yah nanti? Apa aku bilang aja yah: Udah kerja belum? Atau lulus di universitas mana? Tapi, gimana kalau teman-temanku itu gak kerja atau gak lagi kuliah. Gimana kalau mereka tersinggung sama pertanyaan itu. Nanti, kalau mereka nanya aku harus jawab apa? Gimana caranya nanti supaya aku tenang jawabnya?" Batinku.
Belum bukber, udah overthingking duluan.
Ketiga; Orangtua gak bakalan nizinin, kalau di usiaku yang waktu itu baru lulus SMP atau SMA. Harus keluyuran ke cafe-cafe cuma mau buka puasa. Sementara di rumah ibu, udah masak enak. Kata Ibuku, bukber atau kumpul-kumpul ke cafe cuma ngabisin waktu dan uang. Itu, cocoknyq dilakuin oleh orang kaya yang kelibihan uang dan waktu.
"Kita itu orang miskin Mi, jangankan makan di cafe. Makan du rumah aja. Beli sayur, Ibu masih ngutang terkadang. " kata ibuku waktu itu. Saat aku mencoba merayu ibu, agar aku bisa dibolehkan bukber sama teman-teman.
Itu cuma alasan klasik kenapa selama itu, aku gak pernah ikut bukber.
Kemudian, waktu aku udah kuliah. Aku gak lagi menjadikan tiga alasan di atas sebagai alasan buat aku gak ikut bukber.