Mohon tunggu...
Retno Endrastuti (IBUN ENOK)
Retno Endrastuti (IBUN ENOK) Mohon Tunggu... Human Resources - Diary of Mind

Menyukai tulisan2 ringan dengan topik psikologi populer, perencanaan kota dan daerah, kuliner, handycraft, gardening, travelling...terutama yang kekinian

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Memperingati Hari Buku Sedunia: Secercah Harapan bagi Minat Baca Generasi Z terhadap Buku Cetak

26 April 2024   02:00 Diperbarui: 26 April 2024   10:34 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari Buku Sedunia (Sumber Gambar: Freepik)

Sobat Kompasiana, setiap tanggal 23 April diperingati sebagai Hari Buku Sedunia atau Hari Buku Internasional yang dicanangkan oleh UNESCO. Wikipedia menyebutkan Hari Buku Sedunia ini dikenal juga dengan Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia. 

Tujuan dicanangkannya Hari Buku Sedunia ini tidak lain adalah untuk mempromosikan peran membaca, penerbitan dan hak cipta. Dengan kata lain, diperingati sebagai upaya untuk meningkatkan kepedulian terhadap minat literasi. Selain itu Hari Buku Sedunia bertujuan untuk mempromosikan peran penting membaca dalam menambah cakrawala wawasan. 

Hari Buku Sedunia mengandung pesan bahwa membaca adalah aktivitas yang menyenangkan atau mengasyikkan, mudah diakses, dan mengubah kehidupan. Hal ini sejalan dengan motto “Buku adalah jendela dunia”.

Memasuki era digital saat ini, hampir semua sumber literasi berwujud digital seperti media online dan e-book. Apabila melihat kondisi tersebut, lalu muncul pertanyaan apakah masih ada preferensi atau minat baca terhadap buku cetak, khususnya bagi generasi muda yang notabene sekarang mayoritas diisi oleh generasi Z yang lahir tahun 1997-2012? Mengingat bahwa generasi Z dikenal dengan stereotipe generasi malas membaca atau literasi rendah. 

Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah (kemenkopmk.go.id). 

Sejalan dengan fakta hasil survei tersebut, Duta Baca Perpustakaan Nasional Republik Indonesia juga menyatakan hal yang sama bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Tentunya hal ini menjadi sesuatu hal yang sangat memprihatinkan, apalagi dengan banyak dan mudahnya akses membaca buku saat ini. 

Generasi Z lebih senang berinteraksi dengan teknologi, gadget dan sistem online. Dengan berbagai kecanggihan, kecepatan dan kemudahan yang ditawarkan teknologi IT saat ini tentunya dapat mempengaruhi budaya literasi. Literasi disini tidak hanya sebatas kemampuan komunikasi bahasa dalam membaca saja, namun juga dalam berbicara, menyimak dan menulis. 

Dalam pilihan media membaca, generasi z rupanya lebih tertarik dengan pembelajaran visual dari pada media cetak, sehingga minat membaca terhadap buku cetak cenderung rendah. 

Jenis bacaan menjadi salah satu faktor ekstrinsik yang mempengaruhi minat baca seseorang, selain lingkungan rumah, lingkungan sekolah, hadiah dan hukuman, serta kompetisi.

Generasi Z lebih menginginkan segala sesuatunya serba cepat atau instant dan mulai kurang menghargai proses. Padahal membaca sebuah buku semuanya pasti membutuhkan proses membaca. Namun bagian membaca inilah yang nampaknya sulit untuk dilalui dan dinikmati oleh generasi Z. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun