Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Ketika Hidup Mindful Tak Berkutik, Perilaku "Mantab" Terpaksa Dilakukan!

13 Maret 2025   09:26 Diperbarui: 13 Maret 2025   13:33 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atur keuangan lebih hati-hati | Sumber gambar: Shutterstock

Makan tabungan-mantab-- dalam konteks krisis ekonomi sebenarnya lebih tepat disebut sebagai perilaku umum yang terjadi dalam banyak keluarga, terutama ketika mereka menghadapi kesulitan finansial. Tidak hanya menghinggapi kelas bawah, ancamannya juga berlaku pada kelas menengah yang mulai terkikis karena krisis ekonomi sekarang ini.

Fenomena ini bukanlah trend yang sengaja dicari, melainkan respons alami terhadap situasi yang terpaksa dihadapi saat kondisi keuangan memburuk. Namun, meskipun itu adalah perilaku yang umum, tidak bisa dipungkiri bahwa dalam beberapa tahun terakhir fenomena ini semakin meningkat, terutama di tengah gejolak ekonomi global yang mempengaruhi banyak keluarga.

Ketika krisis ekonomi atau kesulitan finansial terjadi, seperti yang dialami akibat inflasi tinggi, pengangguran, bahkan kondisi yang bisa memaksa harus ada pengeluaran seperti ramadan dan hari raya, atau ketidakpastian ekonomi lainnya, banyak keluarga merasa terpaksa untuk menggunakan tabungan mereka agar dapat bertahan hidup. 

Ini adalah mekanisme bertahan yang sering kali menjadi satu-satunya pilihan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, perumahan, atau pendidikan.

Atur keuangan lebih hati-hati | Sumber gambar: Shutterstock
Atur keuangan lebih hati-hati | Sumber gambar: Shutterstock

Beberapa alasan mengapa ini menjadi perilaku umum di keluarga saat krisis ekonomi dipengaruhi banyak sebab.

Ketika penghasilan tidak mencukupi untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari, keluarga cenderung mengandalkan tabungan yang dimiliki untuk menutupi kekurangan tersebut.

Kondisi tak terduga, bisa menjadi pemicunya seperti ketika pandemi COVID-19, krisis ekonomi, atau bencana alam, sering kali memaksa keluarga untuk menggunakan tabungan mereka karena tiba-tiba tidak ada sumber pendapatan atau pendapatan menurun drastis.

Dalam beberapa kasus, keluarga kesulitan mendapatkan pinjaman atau bantuan finansial dari lembaga keuangan atau pemerintah. Akibatnya, mereka hanya bisa mengandalkan tabungan yang ada.

Secara fenomenal, "makan tabungan" bisa terlihat seperti sebuah siklus yang sering terjadi di masa-masa sulit dan tidak terbatas pada satu generasi atau periode waktu saja. 

Namun, dalam beberapa dekade terakhir, dengan meningkatnya ketidakstabilan ekonomi global dan inflasi yang terus meroket, fenomena ini mungkin terlihat semakin sering terjadi di kalangan masyarakat, dan bahkan bisa menjadi lebih terasa di kalangan kelas menengah dan bawah.

Namun, fenomena ini bukanlah trend yang bersifat positif atau diinginkan. Ia lebih cenderung menjadi respons adaptif terhadap kesulitan finansial.

Jika "trend" diartikan sebagai sesuatu yang positif atau mengikuti pola yang berkembang dengan sendirinya, maka makan tabungan ini lebih tepat disebut sebagai akibat dari ketidakstabilan ekonomi dan pola perilaku yang terbentuk karena kebutuhan mendesak.

Jika boleh memilih tentu kita akan bersikap sadar dan bijak-Hidup Mindful. Hidup dengan kesadaran penuh terhadap pengeluaran, konsumsi yang bijak, dan pemilihan gaya hidup yang lebih sederhana atau minimalis. Perilaku ini akan mendorong seseorang untuk lebih sadar dalam mengelola keuangan, mengurangi pengeluaran yang tidak perlu, dan memaksimalkan tabungan agar tidak cepat terkuras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun