Lebaran dan Idul Fitri Itu Sama atau Berbeda tapi Satu Makna?
KH Mukhtar menambahkan leburan itu juga bermakna menjadi satu dengan sifat-sifat Tuhan setelah Ramadhan berakhir.
Umumnya para tokoh Islam itu sependapat dengan makna yang sudah ada sebelumnya di masyarakat Jawa.
Tokoh NU (Nahdlatul Ulama) KH Mustofa Bisri mengatakan laburan itu menjadi putih dan suci di Hari Raya IdulFitri.
Pakar sastra Jawa Poerbatjaraka mengatakan Lebaran ini berkaitan erat dengan kata puasa yang berasal dari bahasa Sansekerta.
Pendapat itu lantas dikutip oleh sejarawan J.J. Rizal dalam sebuah tulisannya di Majalah Tempo terbitan 30 Oktober 2006 yang berjudul "Makna Tradisi Lebaran".
"Pada era pra-Islam Lebaran itu adalah masa 40 hari setelah puasa," tulis J J. Rizal.
Pandangan lain dikemukakan oleh sastrawan M.A. Salmun. Dalam tulisannya di Majalah Sunda tahun 1954 Salmun menulis bahwa kata Lebaran berasal tradisi Hindu.
Lantas "sudah", atau "selesai" itu dipopulerkan oleh para Walisongo agar umat Hindu yang mualaf tidak asing lagi dengan istilah itu.
Lebaran di Indonesia identik dengan halalbihalal. Mereka saling bersilaturahmi.
Setelah semalam takbiran merayakan tibanya kemenangan, keesokan harinya umat Muslim melakukan sholat Ied pagi hari di mesjid-mesjid atau lapangan.
Setelah itu mereka sungkeman kepada orang yang lebih tua. Sungkeman ini selain sebagai bentuk hormat dan bakti juga sebagai wujud terimakasih dan memohon maaf atas dosa-dosa dan kesalahan yang pernah dibuat.