Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)
Olahraga Murah Saat Puasa, Tidak Kehausan Bikin Otot Tetap Kencang
Saya lama menggeluti olahraga yang merupakan ibu dari cabang olahraga dan olahraga paling murah yakni Atletik. Meskipun lama menekuni tapi tidak menjamin untuk terus rajin berolahraga. Apa lagi sedang berpuasa ditambah lagi dengan masa pandemi Covid-19.
Antara awal tahun 1980 an hingga awal tahun 1990 an saya rutin latihan Atletik untuk nomor marathon dan jalan cepat. Sejumlah kejuaraan atletik tingkat nasional saya ikuti mewakili provinsi Sumatera Selatan. Waktu itu Bangka belum menjadi provinsi kepulauan Bangka Belitung.
Puasa seperti sekarang ini saya selalu diingatkan istri agar terus berolahraga. Ada satu foto kenangan saya yang di pajang di dinding rumah. Foto ini ketika saya meraih medali emas Sirkuit Atleik se Sumatera lebih 30 tahun lalu. Foto inilah yang selalu mengingatkan saya untuk terus berolahraga. Walaupun puasa harus tetap berolahraga.
" Foto yang bagus ya?" Pinta saya.
Si Bungsu tampak heran, kok saya tumben-tumbennya minta di foto saat berolahraga?
"Untuk Kompasiana."
Ia tersenyum.
Setiap gerakan saya diikuti. Sanbil sesekali ia melihat hasil jepretannya.
"Hasilnya jelek, ayah jelek," candanya dengan manja.
"Terima kasih," ujarku dengan napas terengah.
Berpuasa itu sehat jasmani maupun rohani. Ditambah berolahraga, sama juga akan sehat jiwa dan raga. Karenanya agar tetap bugar meskipun puasa tetap berolahraga. Kapan waktu yang nyaman untuk betolahraga dan tidak mengganggu puasa? Kalau saya pilih pagi hari, setelah subuh.
Olahraga di pagi hari udara lebih segar, masih jauh dari polusi. Saya merasa lebih nyaman di pagi hari. Namun dikembalikan kepada diri masing-masing waktu yang mana lebih nyaman buat tubuh untuk berolahraga. Rasa nyaman itu penting agar suasana olahraga kita tanpa beban.
Perlu dipertimbangkan sebagai takaran adalah usia. Lama tidaknya waktu berolahraga di tentukan dengan mempettimbangkan kemampuan dan usia. Semangat saya masih tinggi untuk berolahraga karenanya saya takar 20 hingga 30 menit disesuaikan dengan usia yang hampir memasuki usia pensiun. Ha ha ha ketahuan sudah tua.
Gerakan perenggangan ini cukup baik untuk otot. Terutama untuk menghilangkan pegal di leher dan pundak. Sebagai tanda peredaran darah semakin lancar, agar tidak mudah terkena serangan jantung. Itu informasi tambahan yang sering di dengar dalam siaran televisi tips yang sampaikan dokter maupun dari berbagai sumber bacaan.
Ingat ketika masih sebagai atlet. Setelah jogging 2 putaran lintasan atletik sejauh 800 m saat latihan pembuka yang saya lakukan adalah sebagai pemanasan menjelang memasuki porsi latihan inti. Setelah jogging baru senam peregangan. Bagi kita yang sedang berpuasa cukup latihan pemanasan seperti latihan atletik saya dulu, sudah cukup membuat bugar. Mulai dengan jogging diakhiri dengan peregangan.
Begitu pula peregangan di bagian kaki. Bisa dilakukan dengan melipat kaki ke bagian belakang maupum depan. Selain itu di lakukan dalam posisi kuda-kuda baik ke depan maupun samping kiri dan samping kanan. Masing-masing gerakan dalam hitungan sepuluh. Gampangkan? Diantara gerakannya seperti di dalam foto berkut ini.
Sementara itu mengakhiri gerakan senam guna mengencangkan otot perut saya lakukan set up maupun back up frekwensinya disesuaikan dengan kemampuan. Kalau saya tidak banyak antara 10 sampai dengan 20 kali. Bisa pula dengan hanya di tahan saja dengan waktu yang disesuai dengan kemampuan diri masing-masing. Intinya olahraga itu sesuai kemampuan tubuh dan jangan dalam posisi terpaksa. Happy saja.
Gedung olahraga selama pandemi ini sepi dari aktifitas olahraga. Demikian pula event olahraga juga ditunda. Sepi kegiatan olahraga di tengah pandemi, kita tetap berolahraga di rumah.
Inilah aktifitas olahraga saya saat sedang berpuasa. Olagraga ringan, tidak membuat kehausan dan membuat otot tetap kencang. Yang ingin mencoba, selamat mencoba. Semoga bermanfaat.
Sungailiat, 10 Mei 2020 / 17 Ramadan 1441 H
Rustian Al'Ansori