Fergusoo
Fergusoo Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Nostalgia Ramadan Versi Anak Rantau

12 Mei 2020   21:53 Diperbarui: 12 Mei 2020   22:59 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami bertemu dua Ramadhan selama mengabdikan diri di Pinogu. Tahun ini kami semua telah terpisah dan kembali kekampung masing-masing.  Tempat rantauan kami pun juga sudah terpisah-pisah. Alhasil keluarga kecil yang kami beri nama Keluarga Gajah  ini akhirnya melaksanakan puasa dari tempat yang berbeda-beda. Tentu saja saya merindukan kilas balik kejadian tersebut.

Apa kabar kalian semu?  Semoga puasanya lancar yah.

Kedua, puasa didaerah terpencil dan terisolasi harus dijalani dengan kondisi yang serba seadanya.  Beda dengan daerah perkotaan, puasa didaerah terpencil itu kadang menyedihkan kawan. Sungguh!!! Misalnya jika kebanyakan orang melewatkan sahurnya sambil menonton tv bersama keluarga, internetan, hingga sahur bersama komunitas atau perkumpulan. Sahur didesa sangat berbanding terbalik dengan itu.

Sewaktu sahur, suara jangkrik dan auman anjing yang  sudah akrab ditelinga kami merupakan bintang tamu yang menghiasi layar kaca sunyinya suasana desa. Saking akrabnya sampai-sampai hantu sejenis kuntilanak  pun sudah tak takut lagi dengan suara anjing tersebut .

Dengan segala keterbatasan tersebut, kami berusaha melaluinya bersama-sama. Menu sahur yang serba ada, bahkan ada julukan menu 4T (Terong, Telur, Tahu, Terus) menjadi santapan yang sehari-hari menghiasi lebarnya meja makan yang ada dirumah kami kala itu.

Beda sahur, beda lagi ketika berbuka Lidah yang sudah biasa menikmati asupan berbuka yang manis, segar dan dingin sudah tak bisa kami nikmati kala itu.   Mengingat ditempat kami belum ada listrik pln seperti yang ada dikota besar.  Jadilah es buah itu berganti nama menjadi sirup buah.  Bukan karena es nya tak ada, namun karena listriknya tak berdaya menyalakan sebuah kulkas.  

Berpuasa bersama-sama teman yang sekaligus menjadi saudara adalah cerita hidup yang bermakna. Dan tahun ini saya sudah tidak bersama mereka. Walaupun kami sudah terpisah satu sma lain, namun kenangan bersama mereka tak akan lekang dihapus zaman.

 Saya terkagum-kagum dengan mereka karena sudah sudi untuk membantu pelayanan kesehatan didaerah terpencil.   Romansa dua tahun menjalani Ramadhan bersama mereka adalah kisah yang menarik bila diulang.  Terima kasih Jefry, Ingat, Suci, Jana, Mona dan Arlin, Semoga nostalgia kita tentang Ramadhan selama penugasan, terus kalian ingat yah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun