Ibu rumah tangga, yang roastery coffee dan suka menulis feature, juga jalan-jalan
Telepon Untuk Nenek
Sejak kami pindah ke kota kecil ini rindu kampung halaman sudah pasti dirasa. Tapi sejak lama ibu saya (yang dipanggil anak-anak Nenek Wies) saat ini tinggal di Jakarta bersama keluarga adik. Sejak bapak meninggal semua anak khawatir jika ibu sendirian. Apalagi sempat sakit asthma yang cukup parah, dan harus opname kala itu. Keputusan kami lebih baik ibu tinggal bersama anak dan cucu.
Sempat beberapa kali Nenek Wies berlebaran di Palembang sekaligus menengok rumah dan ziarah ke makam Kakek, namun kini lebih banyak anak-anak dan cucu yang mengunjungi Nenek Wies sebab kondisi fisik di usia sepuh dengan perjalanan jauh sudah tidak memungkinkan lagi.
Saya dan anak-anak yang jarang bertemu Nenek Wies, apalagi untuk berlebaran. Terakhir bertemu setahun lalu. Namun bertegur sapa via handphone tetap dilakukan.
Sayang nya handphone Nenek tidak bisa digunakan Video call. Nenek Wies cuma bisa menggunakan handphone biasa tanpa fitur media sosial.
Jadi handphone seperti gambar di atas bisa dibayangkan cuma menelpon dan SMS saja. Handphone Nenek Wies dengan pulsa melimpah ini jarang dipakai kecuali untuk menghubungi anak dan cucunya.
1. Persiapan Pulsa Menelpon ibu
Persiapan saya untuk mudik online dengan Nenek Wies harus terisi banyak pulsa sebab provider yang dimiliki berbeda, jelas sangat menyedot pulsa. Biasanya usai shalat Ied saya dan anak-anak siap menelpon Sang Nenek tercinta. Jika kami berhalangan biasa siang atau sore sesegera mungkin matur minta maaf, sungkem kami padanya.
2. Persiapan Video call via WhatsApp Gawai Saudara
Hari pertama Idul Fitri biasanya diusahakan bisa Video call dengan ibu, memakai gawai adik atau kakak yang biasanya sudah chatting sebelumnya. Biasanya posisi keluarga besar sudah berkumpul sehingga tidak repot untuk berjumpa semua saudara.
3. Memperhitungkan Sinyal atau Kondisi