Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Dosen

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Jangan Hanya Rapikan Fisik, tapi Lupa Rapikan Psikis Kita! Lakukan 3 Hal Ini!

6 April 2024   14:42 Diperbarui: 6 April 2024   14:46 1591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan Hanya Rapikan Fisik, tapi Lupa Rapikan Psikis Kita! Lakukan 3 Hal Ini!
Ilustrasi rapi-rapi rumah jelang Lebaran. (Sumber foto: https://international.sindonews.com)

Buku-buku yang telah selesai dibaca, terutama buku sekolah yang anak-anak sudah tidak gunakan, buku umum seperti majalah dan komik, serta buku referensi yang ilmunya telah kita serap, semuanya memiliki kesempatan kedua untuk bermanfaat bagi orang lain. 

Memberikan buku-buku ini ke tetangga, saudara, atau bahkan menyumbangkannya ke perpustakaan desa, merupakan tindakan mulia yang memperpanjang umur dan nilai dari buku tersebut. 

Ini bukan hanya tentang mengosongkan rak buku dari materi yang sudah tidak relevan atau dibutuhkan, tetapi lebih kepada membagikan ilmu dan cerita yang telah memberikan manfaat kepada kita. 

Dengan demikian, rapi-rapi buku tidak hanya membuka ruang fisik di rumah kita, tapi juga memperluas wawasan dan kebaikan kita kepada komunitas yang lebih luas.

Rapi-rapi Barang Bekas: Meluangkan Ruang, Menjernihkan Pikiran

Barang bekas yang menumpuk seringkali luput dari perhatian sampai kita menyadari betapa banyak ruang yang mereka okupasi tanpa memberikan nilai atau fungsi yang signifikan. 

Mulai dari peralatan elektronik lawas seperti televisi tabung, hingga kereta bayi dan tas-tas yang sudah jarang dipakai, semua barang ini menghabiskan ruang fisik dan mental kita. 

Menyortir dan memilih mana yang akan dijual, disumbangkan, atau bahkan diberikan kepada tetangga yang membutuhkan, bukan hanya memberikan manfaat kepada mereka, tetapi juga bagi kita sendiri. 

Proses ini tidak hanya mengosongkan gudang atau ruang penyimpanan dari barang-barang yang tidak lagi berguna, tapi juga membantu kita melepaskan diri dari kelekatan emosional yang berlebihan terhadap barang-barang tersebut. 

Ini adalah langkah penting dalam menjernihkan pikiran dan hati, membebaskan kita dari beban masa lalu dan membuka ruang untuk kebahagiaan dan kemungkinan baru di masa depan.

***

Momen Lebaran, dengan segala tradisi dan kegiatan rapi-rapi rumah yang menyertainya, bukan hanya tentang kebersihan fisik, melainkan juga kejernihan mental dan emosional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun