Toto Mulyoto
Toto Mulyoto Relawan

Tinggal di Bekasi Timur, Pelajar masbuk, dalam upaya meninggalkan dunia hitam penghitung dan penikmat riba, Relawan Literasi Kota Bekasi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Amat Belum Terbiasa Rajin

26 Maret 2023   07:16 Diperbarui: 26 Maret 2023   07:18 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Amat celingukan di area kamar mandi musola. Pandangan matanya berkeliling mencari sapu lidi untuk menyapu halaman. Sudah berulang kali pandangan matanya diedarkan ke sekeliling ruangan, tapi yang dicari tidak juga nampak.

Dengan lesu, Amat kemudian berjalan kembali ke arah selasar. Halaman musola sudah sepi. Hanya ada Imat dan Haji Murat yang tampak di sana. Amat segera memberi laporan, "Sapunya gak ada, Pak Haji! Kayaknya mesti beli yang baru, deh!"    

Haji Murat menoleh ke arah Amat lalu berkata, "Bukannya gak ada, ente aja yang salah nyarinya!"

"Salah nyarinya? Salah bagaimana, Pak Haji?" Amat tampak tidak mengerti apa dimaksudkan Haji Murat.

"Tadi ente nyarinya di mana?" Haji Murat balik bertanya.

"Di kamar mandi, Pak Haji" jawab Amat.

"Nah, itu die." Haji Murat kemudian berpaling ke arah Imat, "Im, ente biasanya nyimpen sapu lidi, di mana?"

Imat yang baru selesai menyapu halaman musola menjawab, "Di samping musola, Pak Haji. Dekat pot tanaman".

Amat melongo. Lha, ternyata bukan disimpan di sekitar kamar mandi! "Tempat baru, Im?" tanya Amat "Kok, gak bilang-bilang, sih?"

Imat cuma nyengir. Maunya sih, menampik pernyataan-pertanyaan si Amat, karena sebenarnya sudah sejak lama Imat menyimpan sapu lidi di sana, tapi Imat khawatir nanti Pak Haji Murat jadi marah kepada Amat.

Tak urung, Haji Murat mengkritik Amat, "Ente aja yang gak perhatian, Am! Makanya lain kali, tanya dulu sebelum beraksi."

Amat nampak tambah lesu mendengar kritikan pedas Haji Murat. Imat jadi makin kasihan melihat sahabatnya itu. "Iya, Pak Haji. Insya Allah lain kali gak salah lagi." Imat membantu meyakinkan Haji Murat.

Haji Murat mengangguk-angguk. Dia berkata lagi, "Sekarang ente bersihin ruangan dalam aja, Am. Lantainya jangan lupa di pel." Imat agak kaget mendengar perintah Haji Murat. Amat apa lagi!

"Ruangan dalam musola, biasanya di pel menjelang Zuhur, Pak Haji." Imat menyampaikan informasi sekaligus berusaha "menyelamatkan" Amat. "Nanti Insya Allah saya bantu Amat." Imat menambahkan agar Haji Murat yakin.

"Oh, ya sudah kalau begitu." Haji Murat menyetujui rencana Imat. "Ente gak usah pasang muka lesu begitu, Am" Haji Murat masih menyempatkan menambah kritik buat Amat. "Nanti dibantuin Imat."

Imat akhirnya tidak bisa menahan diri, "Amat lesu karena tadi sahurnya cuma minum air aja, Pak Haji"

"Oohh, begitu." Haji Murat akhirnya bisa memahami. "Kalau nanti siang ente jadi bersihin ruang dalam musola, sore kita buka bersama di rumah."

Ajakan Haji Murat ini akhirnya berhasil membuat Amat tersenyum.

-o0o-

    

Pembiasaan akan membentuk seseorang. Tergantung pada apa yang dibiasakan, maka orang bisa menjadi lebih baik atau lebih buruk dari sebelumnya.

Jika seseorang dibiasakan berbuat baik, maka dia akan menjadi orang yang lebih baik. Namun bila seseorang dibiasakan berbuat buruk, maka dia akan menjadi orang yang lebih buruk di kemudian hari.

Islam sudah menanamkan nilai-nilai pembiasaan perbuatan baik sejak anak-anak. Sebagaimana disebutkan dalam tulisan terdahulu, ada contoh tentang pembiasaan salat dan puasa sejak masa anak-anak. Bisa diambahkan lagi sebuah contoh. Di daerah saya, ada banyak Taman Kanak-kanak yang memiliki program pengenalan Manasik Haji bagi para muridnya.  

Semua itu pembiasaan perbuatan baik dalam pengertian ibadah. Tetapi sesungguhnya ada banyak hal baik lainnya yang perlu pembiasaan, misalnya sifat jujur, disiplin, hemat, berbicara baik dan sopan dan lain-lain.

Pembiasaan semua yang baik itu, seyakin saya sudah dan selalu dilakukan oleh orang tua, sekolah maupun masyarakat secara umum. Namun mirisnya, ada "pihak lain" yang menanamkan kebiasaan buruk kepada anak-anak melalui pergaulan maupun melalui berbagai cara di dunia maya. 

Diantara hal yang mengindikasikan pembiasaan keburukan ini dapat didengarkan pada ucapan-ucapan mereka. Kata-kata makian kotor semacam anj##g, to##l, bang##t dan yang semacamnya makin sering didengar. (Entahlah, sepertinya ucapan buruk seperti itu jauh lebih mudah dibiasakan dibanding membiasakan perkataan dan perbuatan baik.)

Rasanya, membiasakan perbuatan baik sangat perlu menjadi agenda semua orang agar bisa membendung pembiasaan keburukan. Setiap orang mesti punya andil. 

Haji Murat dalam fiksi di atas, misalnya, sudah berusaha membiasakan Amat bekerja dengan rajin. Barangkali juga janji-janji yang menyenangkan seperti mengajak buka bersama seperti dilakukan Haji Murat perlu diterapkan daam kehidupan nyata untuk menunjang pembiasaan perbuatan baik.

(Apakah taktik-strategi Haji Murat bisa membuat Amat berubah menjadi rajin? Mari kita tunggu kelanjutan kisahnya...) 

Tto

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun