Tenaga Ahli Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat. Pemerhati bidang sosial budaya, pendidikan dan politik mengantarkan dirinya menjadi kolumnis media lokal dan nasional. Pernah mengenyam pendidikan di MTs-MA YTI Sukamerang Cibatu Garut, S1 PBA Tarbiyah IAIN SGD Bandung dan S2 Ikom Unpad. Mediator bersertifikat dari PMI MM UGM, Arbitrase Kanaka Yogyakarta juga legal drafting dari Jimly School of Law and Government Jakarta. Istri dari F.Saad dan Ibu 3 anak ini pernah mengemban amanat sebagai Dosen di beberapa PTS atl: STIKOM Bdg, Institut Manajemen Telkom, APIKES Bdg, STABA (Sekolah Tinggi Analis Bhakti Asih Bandung), Fikom Universitas Sangga Buana dan Telkom University. Pernah aktif di beberapa lembaga negara atl: 2010-2012 Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilu) Kec Cimenyan Kab Bdg; 2013-2018 Komisioner KPU Kab Bdg; 2019-2024 Komisioner Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat. Ketua Persma Suaka IAIN SGD Bandung juga Presidium Forum Pers Mahasiswa (FPMB) Bandung 1997/1998 ini aktif juga di Dewan Pakar ICMI Orwil Jabar dan ICMI Kota Bandung, Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Wilayah Muhamadiyah Jabar juga Majlis Pembinaan Kader Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah Provinsi Jawa Barat
Zero Waste Ramadhan: Puasa Sampah Menuju Ramadhan Lebih Ramah dan Berkah
Bulan Ramadan adalah waktu yang penuh berkah, refleksi, dan pengendalian diri. Selama ramadhan, suasana di berbagai penjuru negeri dipenuhi semangat berbagi dan kebersamaan. Namun, di balik semangat ibadah yang meningkat, ada kenyataan yang kurang menyenangkan ada satu ironi yang sering luput dari perhatian: produksi sampah melonjak drastis selama bulan suci ini. Mulai dari kemasan plastik takjil, makanan berlebih yang terbuang, hingga peralatan sekali pakai yang digunakan dalam berbuka puasa, semua itu menambah beban lingkungan. Ramadan yang seharusnya menjadi bulan pengendalian diri justru kerap meninggalkan jejak sampah yang menggunung. Untuk itu, gerakan Zero Waste Ramadan hadir sebagai solusi agar ibadah semakin berkualitas tanpa meninggalkan jejak sampah yang merusak bumi. Inilah saatnya kita menjalankan "Puasa Sampah" agar Ramadan lebih ramah bagi lingkungan.
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), produksi sampah di Indonesia meningkat sekitar 20% selama Ramadan. Sebagian besar berasal dari sampah plastik sekali pakai dan sisa makanan. Sampah yang tidak terkelola dengan baik akan berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA), mencemari lingkungan, dan meningkatkan emisi gas rumah kaca.
Sampah makanan juga menjadi isu serius. Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) mencatat bahwa Indonesia termasuk negara penyumbang sampah makanan terbesar di dunia. Padahal, dalam Islam, Rasulullah SAW telah mengajarkan pentingnya tidak berlebihan dalam makan dan minum.
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa produksi sampah selama Ramadan meningkat sekitar 15-20% dibandingkan bulan lainnya. Sampah plastik sekali pakai dari kantong belanja, botol air mineral, serta kemasan makanan menjadi penyumbang terbesar. Selain itu, Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) mencatat bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat pemborosan makanan tertinggi di dunia, terutama selama Ramadan.
Meningkatnya produksi sampah ini bukan hanya membebani tempat pembuangan akhir (TPA), tetapi juga berkontribusi terhadap pencemaran tanah, air, dan udara. Ironisnya, banyak dari sampah ini berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) tanpa proses daur ulang yang memadai. Kenaikan jumlah sampah selama Ramadan tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga menjadi permasalahan sosial. Gas metana yang dihasilkan dari sampah organik yang membusuk di TPA dapat mempercepat pemanasan global. Selain itu, pencemaran sampah plastik di sungai dan lautan juga semakin memperparah krisis ekologi. Oleh karena itu, diperlukan upaya nyata untuk mengurangi limbah selama bulan suci ini.
Zero Waste Ramadan adalah konsep menjalani ibadah puasa dengan meminimalkan produksi sampah dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya, mengajak masyarakat untuk lebih sadar dalam mengelola konsumsi dan limbah selama Ramadan. Berikut beberapa langkah sederhana yang bisa diterapkan:
- Bawa Wadah Sendiri Saat membeli takjil atau makanan berbuka, gunakan wadah atau tempat makan sendiri untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
- Kurangi Konsumsi Berlebihan Beli dan konsumsi makanan secukupnya untuk menghindari makanan terbuang percuma.
- Gunakan Peralatan Makan Ramah Lingkungan Hindari penggunaan alat makan plastik sekali pakai. Pilih alternatif seperti sendok dan sedotan stainless steel atau bambu.
- Manfaatkan Sisa Makanan Sisa makanan bisa diolah kembali menjadi menu baru atau dijadikan kompos bagi yang memiliki lahan tanam.
- Pilah Sampah Sejak Awal Memisahkan sampah organik dan anorganik membantu proses daur ulang serta mengurangi beban TPA.
Berbicara tentang spirit minim sampah menarik dicermati tentang link berikut: Puasa Sampah
Menjalankan "Puasa Sampah" bukan hanya membantu menjaga lingkungan, tetapi juga sejalan dengan nilai-nilai Ramadan, seperti kesederhanaan, kepedulian, dan tanggung jawab sosial. Rasulullah SAW sendiri mengajarkan hidup hemat dan tidak berlebihan dalam makan dan minum, sebagaimana dalam hadisnya:
"Tidaklah anak Adam memenuhi suatu wadah yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suapan yang menegakkan tulang punggungnya. Jika harus lebih dari itu, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk pernapasannya." (HR. Tirmidzi)
Content Competition Selengkapnya
MYSTERY TOPIC
Gadai Peduli Solusi Keuangan Masyarakat
Kasih Bocoran Outfit Lebaran
MYSTERY CHALLENGE
Instagram Reels
Reportase Kondisi Pasar Jelang Lebaran
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.
Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025