#MendadakDakwah Eps 25: Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Bismillahirrahmanirrahim.
Kita hanya menghitung 5 hari lagi menuju hari yang fitri. Semoga puasa Anda masih lancar, dan sesuai janji, di #MendadakDakwah episode 25 ini, kita akan membahas sejarah perkembangan Islam di Indonesia.
Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia, namun juga merupakan negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia, dengan 231 juta jiwa. Itu lebih banyak daripada jumlah Muslim di Timur Tengah itu sendiri. Dan karenanya kita perlu bersyukur lahir dan besar di negara dengan jumlah penduduk Islam terbesar di dunia.
Masuknya Islam ke Indonesia tidak dengan simsalabim. Ada banyak teori yang mendukung masuknya Islam ke negara kita tercinta.
Empat teori sejarah masuknya Islam ke Indonesia:
1. Teori Gujarat (dikemukakan oleh G.W.J. Drewes dan disempurnakan oleh Snouck Hurgronje, J. Pijnapel, W.F. Sutterheim, J.P. Moquette, dan Sucipto Wirjosuparto)
2. Teori Arab (didukung oleh J.C. van Leur, Anthony H. Johns, T.W. Arnold, dan Abdul Malik Karim Amrullah)
3. Teori Persia (didukung oleh Umar Amir Husen dan Husein Djajadiningrat)
4. Teori Cina
Perbedaan antara keempat teori tersebut:
1. Teori Gujarat meyakini bahwa Islam dibawa ke Nusantara oleh para pedagang dari Gujarat, India, pada abad ke-13 Masehi.
2. Teori Arab meyakini bahwa masuknya Islam ke Indonesia diperkirakan berasal dari Timur Tengah pada abad ke-7 Masehi. Para pedagang dari Arab menikah dengan warga lokal dan membentuk komunitas Muslim.
3. Teori Persia meyakini bahwa ajaran Islam masuk ke Nusantara dari bangsa Persia (Iran sekarang) pada abad ke-13 Masehi. Tradisi dan kebudayaan Islam di Indonesia diyakini memiliki persamaan dengan Persia. Namun, teori ini dinilai paling lemah karena masyarakat Indonesia mayoritas memeluk agama Islam Sunni.
4. Teori Cina meyakini bahwa Islam memasuki Nusantara bersamaan dengan migrasi orang-orang Cina ke Asia Tenggara pada abad ke-9 Masehi.
Kejayaan kerajaan Islam di Indonesia diperkiraan berlangsung antara abad ke-12 sampai abad ke-13. Berkembangnya kerajaan-kerajaan tersebut salah satunya dikarenakan maraknya lalu lintas perdagangan laut yang terjadi. Kita akan membahas beberapa kerajaan Islam yang pernah berjaya di Indonesia. Di antaranya:
1. Kerajaan Samudera Pasai
2. Kerajaan Aceh
3. Kerajaan Demak
4. Kerajaan Mataram Islam
5. Kerajaan Banten
6. Kerajaan Gowa-Tallo
7. Kerajaan Ternate dan Tidore
Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan Islam yang pertama di Indonesia. Dikenal juga dengan sebutan Kesultanan Samudera Darussalam, kerajaan ini terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe di Aceh dan Kabupaten Aceh Utara. Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Sultan Malikussaleh, sekitar tahun 1297.
Kerajaan Samudera Pasai menjadi wilayah pertama di Nusantara yang terpengaruh agama Islam karena pada saat itu, agama Islam dibawa oleh pedagang Arab yang datang untuk pertama kalinya di kerajaan tersebut. Pada tahun 1521, Kerajaan Samudera Pasai runtuh setelah ditaklukkan Portugis pada tahun 1521 yang sebelumnya menaklukkan Malaka pada tahun 1511. Pada tahun 1524, wilayah Pasai menjadi bagian dari kedaulatan Kerajaan Aceh.
Kerajaan Aceh Darussalam didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan raja pada Ahad, 1 Jumadil Awal 913 H atau 8 September 1507. Kerajaan ini didirikan pada tahun 1496. Sultan Ali Mughayat Syah digantikan oleh putra sulungnya yang bernama Salahuddin pada tahun 1528, yang kemudian berkuasa pada tahun 1537. Kemudian, beliau digantikan oleh Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar yang berkuasa hingga 1571.
Kerajaan Aceh memiliki sejarah yang panjang, dari tahun 1496 hingga 1903. Kerajaan ini mengalami kemunduran yang disebabkan berbagai faktor, di antaranya:
- Makin menguatnya kekuasaan Belanda di Selat Malaka dan Pulau Sumatera
- Jatuhnya Bengkulu dan berbagai wilayah lain di Sumatera ke tangan Belanda
- Perebutan kekuasaan di antara pewaris tahta kesultanan
- Terjadinya Perang Aceh
Aceh dijuluki Serambi Makkah karena pada awal abad ke-17, Kerajaan Aceh mengalami puncak kejayaannya. Saat itu, pengaruh agama dan kebudayaan Islam begitu besar dalam kehidupan masyarakat Aceh. Aceh juga merupakan awal umat Muslim dari wilayah lain berangkat ke tanah suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Itulah sebabnya mengapa hukum syariah di Aceh diimplementasikan secara penuh, bahkan menjadi satu-satunya provinsi di Indonesia yang menerapkan syariat yang mengacu pada ketentuan hukum pidana Islam, yang disebut hukum jinayat.
Dari Sumatera kita menuju ke Jawa, mengulik lebih dalam tentang sejarah Kerajaan Demak. Kerajaan ini berdiri pada perempat akhir abad ke-15 di Demak, Jawa Tengah. Demak sebelumnya merupakan kadipaten yang tunduk pada Majapahit yang saat itu telah melemah untuk beberapa tahun sebelum melepaskan diri. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah.
Kerajaan Demak memainkan peran penting dalam mengakhiri pemerintahan Majapahit dan penyebaran Islam di Jawa. Salah satu pelabuhan yang ditaklukkan oleh Kerajaan Demak adalah Sunda Kelapa, yang pada waktu itu berada dalam kekuasaan Kerajaan Sunda. Sunda Kelapa ditaklukkan oleh Fatahillah pada tanggal 22 Juni 1527, yang kemudian mengganti namanya menjadi Jayakarta. Kemudian berubah nama lagi menjadi Batavia sebelum berganti nama lagi menjadi Jakarta yang kita kenal sekarang.
Kerajaan Demak mengalami kemunduran ketika Sultan Trenggana terbunuh dalam perang melawan Panarukan pada tahun 1546. Sunan Prawoto kemudian naik tahta menggantikan beliau, namun dibunuh pada tahun 1547 oleh suruhan Arya Panangsang. Kerajaan Demak berakhir dengan didirikannya Kesultanan Pajang.
Dari Demak kita menuju ke Kerajaan Mataram Islam atau Kesultanan Mataram. Kesultanan Mataram adalah negara berbentuk kesultanan di Jawa yang berjaya pada abad ke-16. Puncak kejayaannya berada di bawah pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo. Mataram adalah salah satu negara terkuat di Jawa, yang menguasai sebagian besar wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur kecuali Banten.
Perjanjian Giyanti yang membuahkan kesepakatan bahwa Kesultanan Mataram dibagi dalam kedua kekuasaan, yaitu Nagari Kasunanan Surakarta dan Nagari Kasultanan Ngayogyakarta dan ditandatangani pada tanggal 13 Februari 1755 di Giyanti (sekarang Jantiharjo, Karanganyar, Jawa Tengah) menandai berakhirnya Mataram. Keraton Yogyakarta dan Keraton Solo yang sering dikunjungi adalah peninggalan Kesultanan Mataram.
Dari Jawa Tengah, kita menuju ke Jawa Barat, tepatnya Banten. Berawal sekitar tahun 1526, Kerajaan Banten berdiri ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa dengan menaklukkan beberapa kawasan pelabuhan, dan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan sebagai antisipasi terealisasinya perjanjian antara Kerajaan Sunda dan Portugis pada tahun 1522.
Sultan Maulana Hasanuddin adalah sultan pertama Kerajaan Banten. Beliau adalah putra Sunan Gunung Jati yang berperan dalam penaklukan beberapa kawasan pelabuhan tersebut. Kerajaan Banten mengalami puncak kejayaan pada akhir abad ke-16 dan pertengahan abad ke-17, saat dipimpin Sultan Ageng Tirtayasa. Kerajaan Banten mengalami kemunduran setelah Sultan Ageng Tirtayasa turun tahta dan digantikan oleh putranya tercinta, Sultan Haji. Berbeda dengan sang ayah yang anti-VOC, Sultan Haji justru ingin menjalin hubungan dengan VOC dengan baik.
Namun, setelah Sultan Haji meninggal pada tahun 1687, VOC mulai mencengkeramkan pengaruhnya pada Kesultanan Banten, sehingga pengangkatan para Sultan Banten harus mendapat persetujuan dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia (Jakarta sekarang).
Dari Jawa, kita menuju Sulawesi. Kerajaan Gowa-Tallo adalah gabungan dari dua kerajaan berbeda, Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo, yang mencapai puncak kejayaannya sekitar tahun 1511-1669. Kerajaan ini berpusat di daerah Sulawesi Selatan, tepatnya di jazirah selatan dan pesisir barat semenanjung yang mayoritasnya didiami oleh suku Makassar.
Kerajaan Gowa-Tallo runtuh karena pengkhianatan Raja Arupalaka dari Bone dan Belanda berhasil mengalahkan Sultan Hasanuddin dengan memaksanya menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Sultan Hasanuddin kemudian mengundurkan diri dari tahta kerajaan dan wafat pada tanggal 12 Juni 1670.
Kerajaan Islam terakhir yang kita akan bahas terletak di Provinsi Maluku Utara. Kerajaan Ternate-Tidore berdiri sejak abad ke-13 M dan terletak di sebelah barat Pulau Halmahera. Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar di dunia. Kerajaan Ternate didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257 dan memiliki peran penting di kawasan timur Nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-19.
Kerajaan Ternate-Tidore runtuh karena diadu domba satu sama lain yang dilakukan bangsa asing (Portugis dan Spanyol) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut.
Itu saja.
Hadis tentang menuntut ilmu (karena kita sedang membahas ilmu sejarah Islam):
"Barang siapa yang berjalan untuk mencari ilmu, akan Allah mudahkan dirinya jalan menuju surga." (HR. Muslim)
Stay tuned besok karena kita akan membahas sebuah materi spesial.
Tabik,
Yudhistira Mahasena