Raihan Tri Atmojo
Raihan Tri Atmojo Mahasiswa

Mahasiswa S1 Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, UNS. Saat ini sedang senang terhadap dunia blog dan mencoba menambah wawasan dengan berbagai macam bacaan.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Syukur, Ramadan, Syukur sudah Ramadan

11 Maret 2024   14:26 Diperbarui: 11 Maret 2024   14:29 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Syukur, Ramadan, Syukur sudah Ramadan
Ilustrasi bersyukur. Gambar via Freepik.com

Alhamdulillah tahun ini kita kaum muslimin kembali dipertemukan dengan bulan yang mulia yakni Bulan Ramadan 1445H. Kalau dipikir-pikir sudah berapa kali kah kita berjumpa dengan bulan Ramadan? 10 kali, 20 kali, atau lebih? Kalau saya pribadi tahun ini adalah Ramadan ke-14 saya. Ya, meski sudah menginjak usia 22 tahun, saya baru benar-benar menjalankan puasa Ramadan dengan sungguh-sungguh ketika usia 8 tahun, dalam arti saya puasa dari waktu fajar hingga adzan maghrib, tarawih, dan tadarus bersama teman-teman di masjid kampung.

Setiap memasuki Bulan Ramadan tentu kita akan sering menjumpai ucapan-ucapan yang menyambut datangnya bulan Ramadan dengan semarak, entah itu kita lihat dalam bentuk baliho-baliho di pinggir jalan, atau di poster-poster yang tertempel di berbagai tempat, atau bahkan bertebaran di lini masa sosial media kita. Semua itu tidak lain adalah ungkapan sukacita sekaligus ungkapan rasa syukur dari umat Islam yang sudah sangat rindu akan datangnya Ramadan.  Ramadan memang bulan yang penuh berkah, keberkahan di dalamnya mampu menggerakkan jiwa-jiwa yang gersang di bulan-bulan sebelumnya untuk kembali mendekat kepada Allah dan meningkatkan iman dan takwa.

Selain itu datangnya Ramadan juga menumbuhkan rasa syukur yang mungkin selama setahun belakangan sering terabaikan. Bila di bulan-bulan biasa kita bisa menikmati hidangan sesuka kita kapanpun dan dimanapun, maka Ramadan mengajarkan kita untuk bersabar dan mengajak kita untuk merasakan sedikit pahitnya kehidupan dunia dengan dibatasinya kebolehan untuk makan dan minum. Namun, karena itu lah ketika kita berbuka maka kita akan lebih bersyukur dan menghargai apa yang ada di hadapan kita. Ketika berbuka apa yang dibenak kita tentu hanyalah bagaimana caranya agar kita bisa segera berbuka, tak peduli makanan ataupun minumannya, asalkan cukup untuk mengganjal perut tentu kita tidak akan menyia-nyiakannya.

Ramadan juga membuka pandangan kita tentang kehidupan menjadi lebih luas lagi. Akui saja ketika bulan Ramadan kita jadi lebih memperhatikan orang-orang miskin yang ada di pinggir jalan, anak-anak yatim yang ada di panti asuhan, atau mungkin petugas taman kota yang gajinya mungkin tidak seberapa. Karena saat Ramadan sering melihat pemandangan seperti itu, tentu kita akan sedikit 'ragu' untuk menghambur-hamburkan uang kita, apalagi di saat Ramadan orang-orang lain juga berlomba-lomba berbuat baik tentu kita akan malu kalau kita juga tak berbuat baik.

Dari keadaan Ramadan yang selalu membawa spirit untuk bersyukur dan berbagi itu menjadikan diri kita untuk terus berbenah di masa yang akan datang. Dari Ramadan kita mendapat banyak faedah, selain lebih banyak melakukan amalan-amalan ibadah badaniyah, ruh kita juga dilatih untuk mengambil hikmah selama Ramadan, khususnya perkara syukur. Kalau saya sendiri menganggap Ramadan adalah momentum yang tepat untuk lebih sering-sering bersyukur. Banyak hal yang bisa kita syukuri ketika bulan Ramadan seperti bersyukur karena kita masih diberi waktu untuk berjumpa Ramadan, bersyukur karena kita bisa menjalankan sahur, puasa, dan berbuka dengan keadaan tercukupi, bersyukur ternyata hidup yang kita kira berat ternyata tak seberat itu melihat dari saudara-saudara kita yang lain yang menyambut ramadan dengan berbagai keterbatasan. Mungkin ada dari saudara-saudara kita yang memasuki Ramadan dalam keadaan sakit, atau mungkin baru saja ditinggal oleh orang terkasih, atau bahkan memasuki bulan Ramadan di tengah kecamuk peperangan seperti yang dialami saudara kita di Palestina.

Dari banyaknya alasan-alasan yang sudah disampaikan di atas tentu seharusnya sudah tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mensyukuri apa yang kita miliki selama ini. Dan harapannya ketika kita bersyukur kita tidak menyia-nyiakan nikmat yang sudah kita terima. Justru dengan bersyukurlah kita harus menyadari bahwa syukur kita atas nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah diberikan akan terus menambah nikmat yang akan kita terima. Seperti Firman Allah ta'ala dalam Q.S Ibrahim (14):7

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

"(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras."

Jadi sudahkah kita bersyukur hari ini?

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun