Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Lifestyle | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com
Ketik #DIY untuk Menyelamatkan Ngabuburitmu
Ramadan di masa pandemi menjadikan akses ngabuburit menjadi terbatas. Bila biasanya orang suka jalan santai sembari berburu takjil atau bermotor ria sembari mengagendakan buka bersama, kini kegiatan terbatas hanya di dalam atau sekitaran rumah saja.
Meski sudah dihimbau untuk di rumah saja, tetapi masih ada saja warga yang bandel. Warga Tasikmalaya misalnya, bukannya mengindahkan larangan ngabuburit , banyak warga justru asik menonton balap liar sembari menunggu bedug maghrib. Duh.
Mungkin banyak dari kita merasa belum siap kehilangan romantisme ramadan lalu. Momen ngabuburit bersama teman kuliah, teman kerja, saudara, tetangga bahkan gebetan tentu tak bisa begitu saja dilupakan. Kini, mau tak mau semua orang harus beradaptasi, menunggu bedug maghrib dengan beraktivitas dari balik pintu rumah.
Nah, daripada memaksakan diri keluar rumah dan dibubarkan petugas seperti yang terjadi pada warga Tasikmalaya, bagaimana jika kita ketik #DIY di aneka platform baik itu facebook, instagram, youtube, google dan lain sebagainya? Di sana ada sejuta ide-ide kreatif untuk membuat aneka kerajinan atau produk yang bisa dibuat sendiri.
DIY atau Do It Yourself sendiri dapat diartikan dengan membuat sesuatu barang atau produk secara mandiri (diluar tangan profesional) atau bisa juga diartikan dengan kreatifitas ide yang dibuat sendiri. Membuat masker sendiri seperti yang terjadi di masa pandemi ini juga adalah salah satu contoh DIY.
Pada dasarnya DIY tidak terbatas benda-benda murah dan bekas, di luar negeri DIY justru dilakukan dengan sangat serius (dengan budget yang lumayan tinggi). Kalau di Indonesia sendiri DIY dianggap sebagai bentuk "pengiritan" yaitu membuat suatu barang agar lebih irit ketimbang membelinya di toko. Maka jangan heran jika tema-tema DIY dengan memanfaatkan barang bekas lebih populer di Indonesia.
Keuntungan memakai barang bekas sendiri antara lain menambah nilai suatu barang dan mengurangi sampah. Salah satu barang bekas yang pernah saya kreasikan adalah botol bekas sirup Marjan.
Cerita tentang botol Marjan yang berserakan di rumah sudah terbilang cukup lama. Hal tersebut dikarenakan botol bekas ini tidak diterima baik pemulung maupun petugas sampah di daerah saya. Katanya tidak laku dijual dan yang laku adalah botol bekas sirup ABC. Duh, ada-ada saja. Dari situ, jadilah saya searching DIY botol bekas untuk mengkreasikannya.
Rupanya di luar negeri, aneka botol bekas bisa menjadi macam-macam. Ada yang digantung dengan lampu led hias di dalamnya, ada yang diisi dengan batu-batuan alam dan ada juga yang ditempel di tembok dengan lilitan tali rami. Dari semua ide yang ada tentu saya mengambil yang paling praktis dan minim budget dan jadilah seperti berikut ini.