HalalbiHalal sebagai Momen Berbenah Diri
Momen halalbihalal di desa saya umumnya dilakukan dengan sungkem ke orangtua, kerabat, tetangga dan saudara. Pindah dari rumah ke rumah untuk bersilaturahim dan memohon maaf juga memaafkan.
Saya masih ingat bunyi sungkem yang biasa saya ucapkan " Kulo Ngaturaken sedoyo lepat lahir batin nyuwun pangapunten" artinya saya sampaikan semua kesalahan saya lahir dan batin memohon dimaafkan.
Tak lupa banyak pacitan ( hidangan ) yang disediakan oleh tuan rumah kepada tamunya maka momen lebaran adalah momen terbesar menghargai tamu. Orang Desa tak perlu diajarkan bagaimana menghargai tamu karena mereka secara budaya sudah tahu caranya menghargai dan menghormati tamu. Jadi jangan heran saat lebaran itu momen bersih -- bersih rumah, persiapan hidangan buat tamu bahkan ada yang sampai membikin sendiri seperti bikin jenang, bikin satu, bikin sagon dll.
Bunyi sungkem memang sudah menjadi budaya sehingga saat mau halalbihalal harus dengan prosesi itu, bila perlu berjabat tangan biar makin plong dan afdhol maaf memaafkannya. Namun yang paling penting menurut saya adalah Kesadaran meminta maaf. Artinya saat kita akan berhalalbihalal ada fikiran, mindset dan pola fikir bahwa kita banyak salah banyak dosa dengan orang lain sehingga kita ingin meminta maaf. Ada harapan setelah maaf memaafkan untuk tidak lagi berbuat dosa berbuat salah kepada orang lain.
Purwakarta, 1 Syawal 1442 H