Abang Suher
Abang Suher Penulis

Tinggal di Parepare, kota Pendidikan di Sulawesi Selatan, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Puasa Hedon (isme) Picu Inflasi

25 Maret 2023   08:55 Diperbarui: 25 Maret 2023   09:29 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puasa Hedon (isme) Picu Inflasi
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

By. Suherman

Jelang buka puasa hari pertama, Alena (anak pertama saya) mengajak ngebuburit. Objeknya, Anjungan Campae. Destinasi wisata kota Parepare, Sulawesi Selatan. Karya Taufan Pawe yang cukup digandrungi warga kota. Banyak warga yang berkunjung , termasuk jelang buka Puasa kali ini.

Tetapi bukan itu yang menarik. Perhatian saya lebih tertuju ke jejeran penjual sepanjang jalan. Banyak penjual baru. Baik bergerobak mau pun yang sekedar numpang di trotoar. Mereka penjual musiman, khusus di bulan Ramadhan. Mereka menjajankan penganan buka puasa.

Penganan buka puasa laris manis di bulan Ramadhan. Terkadang survey abal-abal merilis trend penganan terfavorit. Seringkali Jalang Kote menempati posisi teratas. Mengalahkan pisang ijo, cendol, es buah, panada, barongko, pisgor atau sejenis penganan lokal lainnya.

Dari amatan saya, penjual sepanjang jalan semua ramai dan padat pembeli. Baik penjual baru atau pun penjual lama. Mereka dijubeli pembeli yang antrian menunggu pesanan. Gambaran ini menunjukkan sedang terjadi pergerakan atau aktivitas ekonomi yang cukup intens.

Dalam pendekatan ekonomi, pergerakan atau aktivitas ekonomi seperti itu menunjukkan peningkatan dan penambahan kapasitas produksi. Lazimnya dikenal dengan istilah economic growth. Sebuah peningkatan yang disebabkan meningkatnya kapasitas produksi dari pada produsen.

Economic growth di bulan Ramadhan sebenarnya bukan tercipta dari trend positif perekonomian. Melainkan hanya dampak dari apa yang disebut habitual buying behavior. Sebuah kebiasaan pembeli karena kebiasaan yang sudah menjadi tradisi dari waktu ke waktu. Keperluan umat pada bulan Ramadhan meningkat tajam, khususnya dalam memenuhi kebutuhan makan-minum mereka.

Entah kapan terjadinya, tapi yang pasti kebiasaan membeli umat Islam di Indonesia jika memasuki bulan Ramadhan pasti meningkat tajam. Keperluan hidup dan daya belinya naik hingga 2 -- 7 kali lipat di luar bulan Ramadhan. Khususnya untuk bahan pokok yang sifatnya konsumtif.

Fenomena tahunan ini seringkali menimbulkan kekhawatiran pemerintah. Dalam teori ekonomi, peningkatan demand akan diikuti kenaikan harga. Salah dalam menyikapinya dapat berakibat fatal. Memicu terjadinya inflasi dan kelangkaan keperluan "dapur". Seperti bahan bakar rumah, minyak goreng, ayam, ikan, telur, dkk-nya.

Paradoks

Fenomena konsumtif umat Islam pada bulan Ramadhan, sebuah paradoks. Karena berlawanan dengan logika puasa itu sendiri. Logika puasa adalah menahan diri dari makan dan minum. Waktu menahan 10-15 jam lamanya. Mulai terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Logika puasa, mengajarkan mengurangi makan bukan menambahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun