Memaknai Takbir Malam 1 Syawal
Rasulullah SAW selalu memimpin pasukan dalam mengumandangkan takbir ketika berangkat dan berada di medan perang. Dalam peristiwa "Fathu Makkah" (Penaklukan Kota Mekah) Rasulullah SAW mengimami takbir sepanjang perjalanan menuju Mekah.
Takbir inilah yang menjadi penguat mental pasukan Islam yang sebagian belum begitu yakin bahwa Mekah dapat dikuasai. Hal ini dikarenakan Mekah telah dikuasai Kaum Musyrikin dan telah lama umat Islam terusir dari Mekah.
Takbirlah yang menjadikan semangat sehingga kemenangan pun dapat diraih. Tidak ada kekerasan, anarkisme berlebihan dan pertumpahan darah saat itu. Kaum muslimin yang dipimpin Rasulullah SAW hanya membawa takbir yang lantang sebagai solusi kemenangan dan kedamaian.
Dengan demikian, takbir dalam konteks kesudahan puasa merupakan penyemangat untuk menghadapai kehidupan pasca pelatihan Ramadan. Orang-orang yang benar-benar berpuasa adalah seperti junud Allah (tentara Allah) yang dimuliakan setelah dilatih sedemikian rupa di Bulan Ramadan.
Tentara yang dimuliakan itu adalah mereka yang benar-benar terlatih. Dengan semua hasil pelatihan, barisan tentara ini diharapkan mampu untuk menghancurkan musuh-musuh yang akan menggoda dirinya.
Sebulan penuh kita dilatih untuk menjadi tentara Allah agar siap diterjunkan ke medan juang di sebelas bulan lainnya. Berhasil atau tidaknya latihan yang kita lakukan selama Ramadan akan terlihat dari kumandang takbir yang diucapkan.
Hal ini karena takbir yang diucapkan adalah tanda kesiapan jiwa dan raga untuk menghadapi tantangan dan peperangan pada bulan-bulan di luar Ramadan. Wallahu 'Alam****