#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id
Bukber Tanpa Wacana yang Hemat dan Nikmat
Buka bersama setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan biasa disingkat dengan istilah BukBer. Begitu banyak ajakan dan undangan untuk buka puasa bersama yang kadang masuk ke grup chat.
Ada yang sekadar datang, makan, lalu pulang. Ada juga yang dibarengi dengan aktivitas donasi dan live music. Bahkan, banyak juga agenda BukBer yang hanya sebatas rencana. Untungnya, penulis mengalami BukBer tanpa wacana yang hemat dan nikmat untuk Ramadan tahun ini.
Setelah pandemi dinyatakan usai, trafik aktivitas BukBer memang terlihat meningkat saat Ramadan tahun ini. Hampir semua korporasi mengadakan kegiatan internal BukBer bagi para karyawannya.
Tak terkecuali para alumni dari sekolah, kampus, atau pondok pesantren yang sudah kangen untuk kumpul bersama. Beberapa anggota komunitas pun mengadakan BukBer dengan menyatukan jadwal kosongnya masing-masing.
Meski demikian deretan pejabat seperti para menko, para menteri, dan kepala lembaga pemerintah non kementerian sempat dilarang Presiden untuk mengadakan kegiatan buka puasa bersama sejak awal Ramadan lalu. Mungkin saja alasannya karena kehidupan mewah para pejabat sedang disorot publik dan banyak juga yang memanfaatkan momentum BukBer untuk kepentingan politik.
Kembali lagi pada kegiatan BukBer yang biasanya diawali dengan menentukan tanggal dan tempat buka puasa. Sebenarnya hal ini yang kadang bikin lama karena masing-masing isi kepala bisa bebas mengajukan usulannya.
Kalau aku, lebih suka hakikat BukBer yang memprioritaskan kebersamaan saat kumpul karena sudah lama tak saling bertemu. Apalagi kalau ada kegiatan BukBer gratis, aku akan nomor wahid paling maju.
Siapa yang tidak semangat bila ada penawaran BukBer gratis. Tentu tak ada yang menolaknya sebab tak membuat kantong cekak alias bokek. Sebenarnya bisa saja, aku ikut BukBer di masjid dekat domisiliku yang memang menyediakan takjil gratis dari para warga. Tapi, itu kenangan masa kecilku dahulu.
Kini, aku harus terbiasa ikut tren atau tradisi BukBer yang disesuaikan dengan isi dalam dompet. Setiap peserta BukBer biasanya wajib bayar pengganti uang konsumsi.