orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.
Solilokui: Manusia Itu Makhluk Rohani atau Makhluk Jasmani?
Sebelum tulisan ini mendendangkan tema bersih-bersih sambut idul fitri, mari kita rileks, menyandarkan punggung, mengendapkan hati, meneb sejenak.
Pertanyaan yang akan aku ajukan ini aku tujukan untuk diriku. Syukur-syukur pembaca tulisan ini turut meresponsnya tidak sebagai bahan eyel-eyelan, debat akrobat akademik, atau sekadar pertunjukan pinter-pinteran.
"Manusia itu makhluk rohani atau jasmani?" demikian aku bertanya kepada diriku. Ini pertanyaan jadul, kuno dan kedaluwarsa namun tiba-tiba menjadi penting buat diriku.
Pertanyaan berkembang lagi. "Puasa Ramadan dan Idul Fitri diprogram Tuhan melalui pertimbangan utama bahwa manusia itu makhluk rohani atau makhluk jasmani?"
Dengan demikian, tema bersih-bersih menyambut Idul Fitri ini ditulis memakai cara pandang manusia sebagai makhluk rohani atau jasmani?
Aku memberondong diriku dengan pertanyaan yang tidak bermutu. Dialog sederhana pun terjalin antara aku dan saya.
"Rewel banget! Tinggal menulis sesuai tema apa susahnya," kata saya memprotes kerewelan diriku.
"Ini bukan soal rewel dan tidak rewel," ucapku.
"Lalu soal apa?"
"Untuk makan sesuap nasi kita harus memastikan bahwa yang ada di hadapan kita benar-benar nasi."
"Jangan berputar-putar!" ucap saya.
"Untuk menulis tema bersih-bersih menjelang Idul Fitri harus kita temukan terlebih dahulu cara pandang dan sikap pandang: kita ini makhluk rohani atau makhluk jasmani?"