Booster Dulu Jika Ingin Mudik Lebaran
Insya Allah, lebaran Idulfitri tahun ini, Jakarta bakalan lebih sepi dibanding lebaran Idulfitri tahun lalu. Kenapa? Karena di lebaran Idulfitri tahun ini, pemerintah membolehkan untuk warga Jakarta melakukan kegiatan mudik lebaran.
Bukan hanya untuk warga Jakarta saja tapi juga seluruh warga Jabodetabek dan kota-kota lainnya di Indonesia. Hanya saja, memang kota Jakarta tuh luar biasa setiap kali musim mudik lebaran Idul Fitri tiba. Karena nyaris dua per tiga warganya mudik jadi kota Jakarta jadi sepi sekali.
Aku, termasuk warga Jakarta yang meski nenek moyangnya berasal dari Sumatra Selatan sana, tapi amat sangat ikut serta kesibukan mudik lebaran. Aku termasuk golongan yang menjaga kota Jakarta ketika kota Jakarta ditinggal penghuninya untuk mudik lebaran.
Dan kebetulan, aku sekeluarga mengikuti kebijaksanaan Muhamaddiyah dalam menyikapi penentuan hilal awal dan akhir ramadhan.
Setelah sebelumnya selama 6 tahun berturut-turut letak konjungsi bulan terlihat jelas sehingga baik kelompok Muhamadiyah Nahdatul Ulama selalu sama ketika melihat kehadiran bulan di ufuk sebagai penanda awal dan akhir bulan Ramadhan.
Tahun ini letak bulan di ufuk mengalami pergeseran sehingga penentuan kehadiran bulan alias hilal mengalami perbedaan.
Nah, sudahlah jumlah penduduk Jakarta berkurang banyak karena nyaris dua per tiga penduduknya mudik lebaran, ditambah lagi dengan merayakan Hari Raya Idulfitri yang berbeda pula, jadi bisa dipastikan kami akan melakukan shalat Idul Fitri dengan jumlah yang amat sedikit.
Biasanya, aku melakukan shalat Idul Fitri di Masjid Al Azhar, Kebayoran atau di lapangan Blok S, Mampang Prapatan, atau di Masjid Muhamadiyah terdekat.
Tergantung sesiang apa kami siap untuk berangkat. Semakinkesiangan, ya otomatis mencari yang terdekat dengan rumah. Karena shalat Idulfitri biasanya dilaksanakan pukul 06.45 WIB.
Mudik Lebaran Bukan Sekedar Sebuah Tradisi
Dalam bahasa Jawa, masyarakat mengartikan mudik sebagai akronim dari mulih dhisik yang berarti pulang dulu. Sementara, masyarakat Betawi mengartikan mudik sebagai 'kembali ke udik'.