Afwa Pahlevi
Afwa Pahlevi Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Bukber dengan Teman: Silaturahmi atau Adu Gengsi?

22 Maret 2024   13:20 Diperbarui: 22 Maret 2024   13:44 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukber dengan Teman: Silaturahmi atau Adu Gengsi?
Dokumen Pribadi

Pertanyaan-pertanyaan tersebut yang tadinya hanya sekadar menanyakan hal hal secara general atau umum kemudian menjadi hal-hal yang bersifat privasi. Jika telah terjebak dalam situasi tersebut maka hal yang tidak bisa dilakukan adalah mengelak dari pembicaraan tersebut dan dengan terpaksa mengikuti kemana arah pembicaraan itu berlangsung. 

Berbicara mengenai keberhasilan salah satu orang seakan merusak tujuan awal yang sebenarnya yaitu silaturahmi. Citra silaturahmi yang baik dihancurkan oleh kesombongan dan flexing antara satu orang dengan yang lain.

Dituntut untuk tampil sempurna dihadapan kawan lama tentu memberatkan sebagian orang yang mengikuti bukber tersebut. Terlebih lagi jika ditambah dengan ajang adu outfit

Tren pakaian yang sangat cepat berubah inilah seakan-akan menuntut para penggunanya. Pakaian atau outfit seakan-akan dapat menunjukkan status sosial sehingga orang yang menggunakan pakaian mahal dan sedang tren dinilai memiliki status sosial yang tinggi dan stylish.

"Biasa, aku beli baju ini di salah satu outlet yang terkenal di mall itu loh, masa km gatau sih?"

"Iya nih pake outfit skena, kamu kok ga skena sih?"

"Kamu belum beli baju baru? Kok bajumu masih sama kaya bukber tahun lalu?"

Percakapan-percakapan tersebut senantiasa pula menghiasi suasana bukber. Jika ditinjau lebih lanjut sebenarnya tidak ada kaitannya buka bersama dengan kesuksesan dan status sosial seseorang. Karena tujuan utama dari buka bersama ialah menjalin silaturahmi dengan teman atau sahabat lama. 

Saling bertanya kabar yang tidak terlalu menyinggung ranah privasi, mengungkit kembali cerita-cerita lama yang membekas di memori, dan seharusnya mengesampingkan tentang hal-hal yang tidak pantas untuk dipertanyakan atau diucapkan.

Jika terjebak pada situasi tersebut maka hal yang dapat dilakukan adalah tidak terbawa emosi saat terlarut dalam obrolan yang tidak sehat tersebut. Apabila memungkinkan maka dapat menjauh atau berjaga jarak untuk tidak terlibat dalam obrolan tersebut. 

Cara yang terakhir yaitu dengan mengambil langkah tegas untuk menolak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menyinggung ranah privasi seperti, "Maaf kayanya pertanyaan itu cukup mengganggu buat aku, bisa bicara tentang hal yang lain kan? Mohon pengertiannya ya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun