Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Freelancer

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ketika Pandemi Merekronstruksi Ulang Makna "Menahan Diri" di Bulan Suci

14 April 2021   06:56 Diperbarui: 14 April 2021   06:58 1068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika Pandemi Merekronstruksi Ulang Makna "Menahan Diri" di Bulan Suci
Ilustrasi gambar : www.suara.com / Pexels

Ramadhan Tahun Ini

Lantas adakah yang berbeda dengan Ramadhan kali ini? Apakah bulan suci Ramadhan tahun 1442 Hijriah ini mengharuskan kita menjalaninya seperti tahun lalu, bisa kembali seperti masa-masa sebelumnya, ataukah memberi kita khazanah pemahaman yang baru? Yang jelas pandemi COVID-19 masih belum berlalu. Meskipun pemerintah sendiri sudah memberikan cukup banyak kelonggaran kepada umat Islam Indonesia untuk mengarungi bulan suci ini dibandingkan tahun pertama COVID-19 melanda. 

Tahun lalu ibadah tarawih diminta untuk dirumah saja. Tahun ini masjid dan musholla diberikan keleluasaan untuk menggelar sholat tarawih meski dengan kapasitas terbatas serta penerapan protokol kesehatan yang ketat. Demikian halnya dengan kegiatan buka bersama juga mendapatkan atensi boleh dilakukan dengan batasan tertentu. Meski secara garis besar kebiasaan kita menjalani Ramadhan belum sepenuhnya "pulih" paling tidak hal ini memberi angin segar kepada kita semua untuk melihat kembali Ramadhan yang dinanti-nantikan itu.

Pandemi COVID-19 memang membatasi banyak hal dari aktivitas serta rutinitas kita. Meskipun begitu COVID-19 tidak akan pernah mampu membatasi hubungan hamba dengan Tuhannya, tidak akan bisa merintangi umat yang rindu terhadap kemuliaan bulan suci Ramadhan, dan tidak akan sanggup mencegah hasrat kita untuk menuai pahala di bulan suci penuh ampunan ini. Bukan COVID-19 yang menentukan bisa tidaknya kita mengarungi Ramadhan tahun ini dengan indah. Melainkan kemantapan niat serta bulatnya tekad kitalah yang berperan penting atas hal itu.

Bersujud menyembah-Nya melalui shalat tarawih tidak melulu dilakukan di masjid atau musholla. Bahkan sejatinya rumah kitapun perlu dihidupkan sebagai tempat rukuk dan sujud sebagaimana sabda baginda nabi agar tidak menjadikan rumah kita sebagai kuburan. Hal ini beliau maksudkan agar kita menghidupkan suasana ibadah dimanapun dan kapanpun khususnya di rumah tempat tinggal kita masing-masing. Kita sudah melihat seperti apa Ramadhan tahun lalu berjalan. Sehingga semestinya Ramadhan tahun ini kita sudah lebih siap dengan segala situasinya. Kita sudah cukup mengetahui bahwa Ramadhan masih bisa kita lalui meskipun badai pandemi belum usai. Akankah Ramadhan kita kali ini lebih baik dibandingkan tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya?

Salam hangat,

Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun