Ramadhan 1442 Hijriah: Skill Terasah, Pahala Berlimpah, Bulan Suci Penuh Berkah
Bulan suci Ramadhan telah tiba. Bulan suci penuh rahmat yang kita tunggu-tunggu akhirnya datang menghampiri kita yang masih diberi kesempatan umur panjang sehingga bisa bersua kembali dengan keagungan bulan Ramadhan. Inilah momen paling berharga dalam hidup yang seharusnya tidak kita sia-siakan. Seorang petani akan tampak begitu bahagia menatap tanaman di lahan pertaniannya yang siap dipanen. Seorang pedagang akan sangat sumringah saat mengetahui bahwa transaksi yang dilakukannya menghasilkan banyak keuntungan. Demikian halnya kehadiran Ramadhan seharusnya membuat kita selaku umat muslim khususnya tak kalah berbahagia dibandingkan petani dan pedagang tersebut mengingat inilah periode ketika pahala "diobral", bonus berlipat ganda, berlimpahnya ampunan, dan bahkan tidurnya seseorang pun bisa bernilai ibadah. Sehingga inilah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan begitu saja untuk memperbanyak serta memperbaiki kualitas ibadah kita.
Namun apakah mengarungi bulan suci Ramadhan hanya berkisar pada aktivitas ibadah ritual semata? Tentu tidak. Mengingat ibadah sendiri didefinikasn secara lebih luas konteksnya sehingga memungkinkan kita untuk menjalani aktivitas sehari-hari diluar kegiatan ritual namun tetap memiliki nilai ibadah. Bekerja adalah salah satunya. Selain itu, momen Ramadhan juga menjadi peluang berharga bagi kita yang ingin mengasah skill atau keterampilan lain yang mungkin belum kita miliki atau belum kita kuasai saat ini. Baik itu berupa keterampilan penunjang profesi ataupun keterampilan lain yang tidak terkait langsung dengannya. Menilik atmosfer yang tercipta dalam suasana bulan Ramadhan maka beberapa skill atau keterampilan berikut ini mungkin patut dicoba untuk diasah.
"Ramadhan adalah momen bagi seorang muslim memperbaiki ibadahnya baik secara kuantitas maupun kualitas. Juga sekaligus sebagai kesempatan berharga untuk menambah perbendaharaan kemampuan diri dimasa yang akan datang. Kemuliaan Ramadhan mencakup banyak hal, tergantung sebesar apa upaya kita untuk memetik kemuliaan itu."
Membaca Al-Qur'an dengan Tartil dan Tilawah
Bulan Ramadhan adalah bulan Al-Qur'an, mengingat kitab suci umat Islam ini pertama kali diwahyukan oleh Allah SWT melalui perantara Malaikat Jibril kepada Baginda Nabi Muhammad SAW didalam bulan Ramadhan yang lantas kita kenal peringatannya sebagai Nuzulul Qur'an. Dengan demikian antara Ramadhan dan Al-Qur'an memiliki jalinan hubungan yang erat satu sama lain. Bahkan memperbanyak membaca Al-Qur'an pun merupakan salah satu amalan yang paling dianjurkan untuk dilakukan oleh segenap kaum muslim di dunia khususnya selama bulan Ramadhan.
Sementara dalam hal membaca Al-Qur'an sendiri kita diajarkan untuk melantunkannya dengan tartil. Dikumandangkan dengan cara yang indah. Karena bagaimanapun juga ayat-ayat Al-Qur'an merupakan serangkaian Firman Allah SWT yang dikemas secara luar biasa sekaligus indah dalam berbagai hal. Sehingga sepatutnyalah bagi kita untuk "menikmatinya" dengan cara yang indah juga.
Mungkin kita merasa begitu damai saat mendengarkan alunan irama musik nan indah. Tapi hal itu tidak akan sanggup mengalahkan alunan ayat suci Al-Qur'an yang dilantunkan melalui tilawah merdu nan menyayat hati. Jikalau kita pernah mendengarkan lantunan ayat-ayat Al-Qur'an yang dikumandangkan oleh beberapa orang yang dikenal memiliki suara merdu dan hebat dalam bertilawah seperti Syech Abdurrahman Zudais, Mevlan Kurtishi, Anas Baraq, hingga Muammar ZA maka kita akan lebih memahami betapa indahnya Al-Qur'an itu. Sehingga tidak ada salahnya bagi kita untuk turut mencoba mengasah keterampilan diri dalam hal melantunkan Al-Qur'an dengan merdu.
Hal ini tentunya akan membuat kita lebih menikmati lagi saat membaca Al-Qur'an apabila disertai dengan cara yang baik dalam melafalkannya. Terlebih bagi orang lain yang mendengarkan juga akan turut menikmati kumandang ayat-ayat suci meresap kedalam relung hati. Dan untuk mewujudkan hal itu tentu saja perlu proses belajar. Mengkaji dasar-dasar tartil dan tilawah Al-Qur'an sehingga kemampuan kita terasah menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
Sudah ada cukup banyak ruang pembelajaran yang memungkinkan diri kira mengasah keterampilan secara autodidak. Mungkin dengan mencari tutorial gratis di youtube, mengikuti program berbayar, atau mendatangi majelis ilmu yang umumnya banyak digelar sepanjang bulan Ramadhan. Kita bebas memilih cara yang mana saja selama hal itu membuat kita berkembang dalam hal kemampuan melantunkan Al-Qur'an dengan indah.
Hafalan Surat Al-Qur'an dan Doa-doa
Salah satu kemampuan penting yang menunjang diri kita untuk menjalani Ramadhan dengan baik adalah memiliki "perbekalan" hafalan doa-doa serta surat-surat Al-Qur'an yang cukup. Memperbanyak ibadah sunnah seperti sholat sunnah, dzikir, dan doa-doa tentunya akan lebih afdhol apabila didukung oleh perbendaharaan hafalan doa yang mumpuni. Menunaikan amalan sholat sunnah dengan melafalkan surat-surat Al-Qur'an yang "itu-itu saja" terkesan membuat kita tidak berkembang dari waktu ke waktu. Akan jauh lebih baik jikalau setiap memasuki Ramadhan di tahun yang baru ada penambahan perbendaharaan hafalan baru sehingga ada kesan peningkatan dari Ramadhan tahun sebelumnya.
Pada hari-hari biasa mungkin waktu kita banyak tersita untuk hal-hal "duniawi" sementara jatah "ukhrawi" kita terabaikan. Bulan Ramadhan menghadirkan momentum bagi semua orang untuk mengingat kembali situasi dirinya yang sejatinya juga memerlukan perhatian diaspek ukhrawi. Dengan demikian perhatian kita akan lebih banyak tercurah pada hal-hal yang terkait dengan aktivitas ibadah (ritual) sehingga kegiatan-kegiatan yang memiliki korelasi dengannya akan lebih mudah dijalankan. Dalam hal inilah mengapa mengasah diri untuk menambah perbendaharaan hafalan itu lebih mungkin untuk dilakukan.
Keuntungan memiliki hafalan ayat-ayat Al-Qur'an dan doa-doa yang lebih banyak tentunya menjadi identitas berkembangnya diri kita untuk suatu "kategori" ibadah tertentu. Sedangkan dalam kaitannya dengan orang lain hal itu membuat kita lebih percaya diri saat memimpin doa atau imam sholat dengan perbendaharaan bacaan yang tidak "pasaran" lagi.
Belajar Bahasa Arab
Mempelajari bahasa arab bukan berarti membuat kita condong pada budaya kearab-araban juga sebagaimana tudingan segelintir orang yang suka nyinyir di sosial media (sosmed) itu. Mempelajari bahasa arab itu identik dengan kepedulian kita untuk mengenal lebih jauh tentang bahasa yang menjadi jembatan Al-Qur'an diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Bagaimanapun juga Al-Qur'an yang kita kenal adalah menggunakan bahasa pengantar "serupa" bahasa arab. Pengetahuan kita atas bahasa tersebut sedikit banyak akan sangat membantu memahami ayat-ayat suci yang difirmankan Allah SWT kepada kita selaku hamba-Nya.
Jika kita tidak terlalu mempermasalahkan seseorang untuk belajar bahasa inggris atau bahasa dunia barat yang lain maka tidak perlu kiranya juga untuk dipermasalahkan saat seseorang mencoba untuk belajar bahasa arab. Toh semuanya sama-sama bahasa asing yang bisa sewaktu-waktu diberdayakan sebagai pengantar komunikasi dengan orang-orang lintas bangsa dan negara. Apalagi dalam beberapa tahun terkahir ini kita melihat geliat ekonomi yang ditunjukkan oleh beberapa negara arab seperti Uni Emirat Arab (UEA) dan Qatar yang terlihat begitu digdaya mengalahkan sebagian negara lain di dunia.
Cukup banyak klub-klub mapan di dunia olahraga yang sebagian besar kepemilikannya dikuasai oleh taipan asal arab. Investor-investor besar pun bermunculan dari dunia arab. Sehingga menjadikan dunia arab sebagai objek "buruan" baru dunia internasional untuk menanamkan modalnya di tempat masing-masing.
Dari sudut pandang bisnis tentunya menguasai bahasa arab akan sangat membantu segala kepentingan yang terkait dengan hal ini. Namun secara sederhana memiliki perbendaharaan bahasa lebih dari dari satu tentunya lebih baik daripada hanya memiliki salah satu saja. Cakap berbahasa inggris tentunya baik. Namun jika ditambahi juga dengan kecakapan berbahasa arab tentu akan lebih baik lagi. Keterampilan lingusitik merupakan modal berharga yang akan sangat berguna bagi pemiliknya. Dan momen bulan Ramadhan sepertinya adalah waktu yang tepat untuk mulai mengasah hal itu.
Hal-hal apa saja yang termasuk sering kita jumpai selama periode bulan Ramadhan setiap tahunnya? Kajian keagamaan mungkin salah satunya. Acara-acara tausiyah, pengajian, ceramah, hingga yang cukup singkat kultum (kuliah tujuh menit) merupakan kegiatan yang jamak mengisi hari-hari di bulan suci Ramadhan. Waktu-waktu setelah sholat subuh dan menjelang adzan maghrib berkumandang mungkin adalah saat-saat paling sering dipergunakan untuk menggelar acara-acara sejenis dimana ada salah seorang yang bertindak menjadi sentral acara sebagai pemateri atau pembicara.
Dalam beberapa kesempatan mungkin ada sebuah majelis ilmu yang memberikan kesempatan kepada masing-masing pesertanya untuk mengutarakan pendapat atau pandangannya masing-masing atau bahkan memperoleh giliran untuk menjadi pemateri bergantian dengan yang lain. Hal itu akan menjadi sebuah kesempatan unjuk gigi melatih seseorang dalam rangka berbicara di hadapan publik (public speaking). Bagi mereka yang deman panggung mungkin "pelatihan" semacam itu akan sangat berguna dalam menghapus keminderan, kegugupan, dan ketakutan. Serta mungkin juga akan semakin mengasah kepercayaan diri seseorang menjadi lebih berani tampil di muka umum.Peluang-peluang semacam inilah yang sayogyanya diberdayakan agar momen Ramadhan benar-benar kita rengkuh keberkahannya dalam berbagai situasi.
Bagaimanapun juga Ramadhan merupakan momen emas untuk melakukan sesuatu dan mengembangkan diri. Sehingga kita harus memastikan bahwa diri kita adalah salah satu diantaranya. Bukan sebatas meningkatkan kuantitas serta kualitas ibadah, tetapi juga menambah perbedaharaan keterampilan baru yang berguna untuk menunjang kehidupan kita dimasa yang akan datang.
Sejatinya Ramadhan sudah memberikan nilai tambah tersendiri bagi kita yang mengarunginya dengan sepenuh hati. Apabila kita mengupayakan hal lain seperti mengasah skill atau keterampilan maka hal itu akan menjadikan kita memperoleh nilai tambah yang lebih banyak lagi. Gebyar Ramadhan karim adalah kesempatan besar yang tidak boleh kita sia-siakan. Paling tidak, kita harus menciptakan kesan bahwa inilah Ramadhan terbaik sepanjang hidup yang telah kita jalani.
Salam hangat,
Agil S Habib