Ketika Tidak Ada Ajakan untuk Bukber Ramadan
Yang uangnya pas-pasan jangan belagu bukber sana sini. Sedangkan yang finansialnya mapan alangkah baiknya memahami keadaan. Jangan main tembak ajak bukber serampangan tanpa melihat kondisi sekitar. Paham momen. Kenali situasi.
Karena, Ramadan tanpa bukber tetap akan menjadi Ramadan. Poinnya bukan pada ada tidaknya ritual bukber, melainkan sejauh mana kita memperlakukan Ramadan secara layak dan terhormat.
Apakah mengadakan bukber termasuk diantaranya?
Anti Galau Tak Diajak Bukber
Mungkin ada yang beranggapan ketika seseorang tidak diajak bukber itu artinya ia tidak diakui keberadaannya secara sosial. Rasanya penilaian semacam itu terlalu dangkal. Bagaimana mungkin ada tidaknya kita hanya diukur dari sesuatu semacam itu. Kalaupun ada yang merasa demikian, itu hanyalah asumsi pribadi saja.
Justru ketika tidak mendapat undangan bukber, khususnya yang berbayar, kita mestinya bersyukur karena pengeluaran tidak bertambah. Juga tidak sampai harus meninggalkan kebiasaan ibadah pasca berbuka. Semisal sholat maghrib berjamaan, sholat tarawih berjamaah, tadarusan di musholla, dan lain sebagainya.
"Tapi kan jadi gak bisa ketemu teman-teman ?" Ya elah, memangnya secetek itu penilanmu atas pertemuan dengan seorang teman?
Aku pribadi sih memandang bukber Ramadan dengan biasa-biasa saja. Ada ajakan ya ikut semisal waktunya memungkinkan. Kalau banyak ajakan pasti juga mikir-mikir dulu untuk semua diiyakan. Mesti selektif menentukan pilihan.
Kunci utamanya menurutku itu jangan memaksakan diri dan keadaan. Syukur kalau bisa ikutan. Tapi, jangan terlalu risau manakala belum berkesempatan. InsyaAllah di lain waktu kita bisa bertemu.
So, jangan galau ya kalau tidak ada yang mengajak bukber. Ramadan masih bersamamu.
Maturnuwun.
Agil Septiyan Habib Esais, dapat dikunjungi di agilseptiyanhabib.com