Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com
Menjaga Stamina Selama Puasa ala Freelancer
Saya termasuk pekerja freelance, waktu kerja sangat bisa diatur sendiri sesuai keinginan dan kebutuhan. Tapi bukan berarti, bulan puasa sebagai alasan untuk bermalas-malasan. Kalau tidak kerja, ya otomatis tidak ada alasan untuk mendapat penghasilan.
Meski tidak memiliki kantor dan jam kerja pasti, tanggung jawab menafkahi keluarga tidak bisa diabaikan. Apalagi pada akhir bulan Ramadan, tetap saja menyediakan THR untuk istri, ibu dan mertua, serta siap-siap angpau untuk keponakan. Belum lagi siap budget untuk tiket mudik, menyiapkan parcel untuk bulek dan saudara dituakan.
Banyak juga post pengeluaran, tapi sejauh menjalani kerja lepas sampai detik ini, dengan keyakinan dan tak henti berusaha, namanya rejeki -- berupa uang -- ada saja jalannya.
Tahun ini terhitung Ramadan ketujuh sebagai freelancer -- notabene tidak mendapat THR layaknya orang kantoran--, buktinya saya tetap bisa -- dengan ijin Alloh -- menunaikan kewajiban memberi THR untuk orang orang di bawah tanggung jawab saya -- Alhamdulillah.
Memasuki bulan Ramadan tahun ini, sebagai freelancer merasa cukup diuntungkan dengan situasi menghampiri. Nyaris semua undangan pekerjaan, dimulai selesai ashar hingga ba'da maghrib. Dari sisi tenaga fisik, tidak terlalu terforsir dan saat jelang berbuka. Namun dari sisi pikiran, saya tetap saja bekerja tanpa kenal waktu. bisa pagi hari -- biasanya sebelum sahur --, bisa siang hari atau malam selesai sholat taraweh.
Cara Saya Menjaga Stamina
Terhitung dua kali Ramadan sudah, saya menjalankan diet -- meski tidak terlalu ketat sih, sebab sebulan terakhir BB sempat naik, Hiks. Moment datangnya bulan suci tahun ini, sekaligus saya jadikan moment untuk -- kembali -- menjalani diet dari nol lagi. Terhitung hari ini (21 Mei'18) masuk hari kelima Ramadan, -- InsyaAllah -- nyaris 90 persen saya tidak konsumsi nasi dan gula.
Menu sahur dan berbuka selama lima hari ini, saya memilih konsumsi --bergantian-- buah, singkong dan atau ubi rebus, sayur sayuran, lauk pauk (ayam, telur, tempe ) yang diolah dengan cara diungkep atau rebus dan sebagainya.
Untuk sekedar membatalkan puasa, saya lebih suka dengan air putih -- kalau ada --- dengan kurma atau buah atau ubi dan atau singkong rebus. Agar badan tidak gembyor, saya mengimbangi dengan olah raga ringan, dilakukan pada saat menjelang berbuka dan malam hari atau sebelum sahur. Olah raga yang memungkinkan, dan bisa dilakukan di teras rumah, adalah gerak badan, senam, push up, sit up dan sejenisnya.
Kalau memenuhi undangan pekerjaan, saya memilih pergi dengan menggunakan transportasi publik. Berhenti di stasiun atau halte terdekat dengan lokasi undangan, dilanjutkan jalan kaki cepat -- itung-itung nambah porsi olah raga. Lumayan juga sampai hari ini, saya sudah bisa merasakan hasilnya -- padahal baru lima hari lho--. Pipi tampak lebih tirus, perut lebih kempes -- biasanya buncit, hehe -- dan lingkar pinggang mulai mengecil, bagian yang menjadi persembunyian lemak -- paha -- tampak menyusut. Buktinya, kalau memakai gesper lubang dipakai sudah paling mentok --paling ujung dalam.