Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com
Tanda Shaum Sehat Dilihat dari (Satu Diantaranya) Cara Makan, Bonusnya Langsing
"Bapak harus diet !" ujar ahli nutrisi.
Lima tahun silam, saya pernah tumbang. Badan gemuk ini, sakit dibuat bergerak dan kepayahan. Sakit yang belum pernah saya rasakan sebelumnya, sontak membuat kapok mengulangi.
Setelah dibawa ke klinik, obesitas sebagai pemicu sakit diderita. Setelah diperiksa dokter, saya menemui ahli nutrisi. Kemudian mendapat banyak masukan, tentang bagaimana mengatur pola makan sehat.
Pada bobot nyaris satu kuintal, banyak pantangan makanan musti dijalani. Mulai stop gorengan, yang manis-manis, tepung-tepungan, santan. Saya disarankan memperbanyak konsumsi sayur, buah, umbi-umbian, kacang-kacangan, dan asupan diolah dengan direbus, kukus, sangrai, paling berat dibakar.
"Jangan lupa, banyak minum air putih dan olahraga" imbuhnya
Hari pertama sampai ketiga memulai diet, saya benar-benar dibuat tersiksa dengan kebiasaan baru. Kepala kelinyengan mau ambruk, akibatnya mood rusak, badan terasa lemas. Terbersit keinginan untuk menyudahi, agar bisa makan bebas seperti sebelumnya.
Tetapi keinginan itu urung, begitu mengingat rasa sakit pernah dirasakan. Dan saya tak ingin, membuat anak istri kerepotan kalau ayahnya sakit.
"Saya musti sehat !" Motivasi itu, menyulut semangat ketika pertahanan nyaris ambrol.
Saat menjalani proses detok di 1- 3 hari pertama, isi perut seperti dikuras bersih. Dalam sehari kegiatan BAB sekira 3 -- 5 kali, kotoran yang keluar berwarna hitam pekat (kata dokter, pengaruh racun).
Pada hari keempat saya mulai terbiasa, dan setelahnya perjuangan tak kalah berat. Adalah melawan keinginan diri, agar tidak kembali ke kebiasaan lama.