Agung Han
Agung Han Wiraswasta

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Yang Favorit Bukan Tempatnya tetapi Suasananya

16 Maret 2024   15:01 Diperbarui: 16 Maret 2024   15:31 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jelang acara kumpul-kumpul inilah, rumah mertua menjadi semarak. Satu persatu keponakan tiba, bersama ayah dan ibunya. Kami bisa ngobrol, kangen-kangenan dan bertukar cerita. Melihat keponakan sudah kuliah, menyadarkan bahwa saya sudah berumur --hehehe.

Tak kalah bahagianya, melihat anak-anak ngumpul dan akrab dengan saudara sepupu. Mereka yang sebagian besar beranjak besar, tak seribut dulu saat anak-anak dan bermain bareng. Suasana ngabuburit yang resep (baca huruf E (pada resep) seperti E pada empedu), tanpa hiruk pikuk, tetapi penuh kehangatan.

Dibadingkan rentetan ngabuburit yang pernah saya lalui, rasanya suasana di rumah mertua begitu mengesankan. Meski hanya bisa dilakukan sesekali, karena kendala waktu dan jarak. Cukuplah, rumah yang uti menjadi tempat favorit ngabuburit saya.

---

dokpri
dokpri

Sore itu, akhirnya terlaksana juga acara bukber. Sebelum ashar, kakak yang tinggal di Serang datang. Membawa lalapan dan bahan sambal, serta beberapa menu sesuai kesepakatan. Menyusul kakak yang lain, yang tinggal di Serpong dengan bawaannya.

Ada satu kakak lagi tinggal di Kebayoran Baru Jaksel, datang berdua dengan istri tanpa anak. Karena di sekolah anaknya, sedang dilangsungkan pesantren kilat. Saya tinggal tidak jauh dengan rumah mertua, bisa bolak balik sewaktu-waktu. Kami bersaudara, membagi bawaan menu, sehingga tidak usah repot masak.

Ngabuburit yang seru, diisi dengan ngariung bareng keluarga besar. Para ibu sesekali nimbrung, sembari menyiapkan menu berbuka. Dan agar lebih intimate, konsep bukber dipilih konsep ngaliwet. Yaitu membentangkan daun pisang, ditata berjajar memanjang.

Kemudian kami duduk berjajar berhadapan, bisa makan sembari ngobrol. Setiap orang berhadapan, berhadapan nasi liwet dengan lauk pauk di pinggirnya. Kemudian space dibagian tengah, disediakan sambal atau kondimen yang bisa diambil bergantian.

Duh, bener-bener syahdu dan hangat. Rasa kekeluargaan menjadi rekat, yang semua asing menjadi akrab. Meski demikian, kebersamaan ini musti terus dipupuk. Bukber hanya sebagian, diantara kebersamaan yang lain. Di akhir bukber, kami sholat maghrib berjamaah. Kakak tertua menjadi imam, kami semua menjadi makmum.

Kegiatan bukber dengan keluarga, bisa saja dilakukan di luar rumah. Dulu kami pernah bukber di rumah makan di daerah Bintaro. Di lain kesempatan, juga pernah kumpul bareng di restoran daerah Bogor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

16 Mar 2025
Agar Bukber Lebih Bermakna
blog competition  ramadan bercerita 2025  ramadan bercerita 2025 hari 14 
17 Mar 2025
Berbagi Berkah Ramadan
blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 15
18 Mar 2025

MYSTERY TOPIC

Mystery Topic 3
blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 16
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Nunggu Bedug Makin Seru di Bukber Kompasianer

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.

Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun