Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com
Yang Favorit Bukan Tempatnya tetapi Suasananya
Ramadan hari ke enam, biasanya sudah mulai ada ajakan acara berbuka puasa. Kemarin (15-maret'24) saya ada undangan event di Depok, dimulai setelah ashar selesai jelang adzan maghrib. Saya cukup antusias hadir, bisa bekerja sekalian ngabuburit. Benar kata pepatah, sambil menyelam minum air.
Ngabuburit bagi saya, adalah kegiatan yang sangat menyenangkan. Kegiatan yang membuat semangat bertumbuh, bahwa puasa hari itu akan tuntas. Puasa seharian memang bukan hal mudah, ngabuburit bisa menjadi pelipur penat.
Aneka kegiatan ngabuburit bisa dilakukan, misalnya berburu takjil di pasar kaget, menyimak kajian, atau ngabuburit sembari bekerja. Pilihan terakhir, yang belakang kerap saya lakukan. Yaitu diundang liputan event, kemudian diakhiri dengan berbuka.
Soal tempat ngabuburit, sebenarnya saya termasuk sangat fleksibel. Tidak ada lokasi tertentu, atau datang ke bangunan dengan menu tertentu. Asalkan acceesable transportasi publik, waktunya bisa daitur, kemudian tersedia tempat sholat yang nyaman. Cukuplah bagi saya.
Ngabuburit bareng keluarga, akan lebih sukai. Bisa melihat istri dan anak-anak bahagia, bisa makan dan atau berbagi menu. Sungguh, akan menjadi bahagia yang sebenarnya bahagia.
Yang Favorit Bukan Tempatnya tetapi Suasananya
"Nanti Ramadan, bukber di rumah uti yuk" ajak kakak ipar di group percakapan keluarga.
Sejak ayah dan ibu mertua berpulang, bisa dibilang kami bersaudara jarang berkumpul dengan lengkap (7 bersaudara). Kalaupun bisa ketemuan, hany beberapa dan ada yang tidak bisa datang. Biasanya alasan kesibukan kerja, menjadi penyebabnya tidak bisa hadir.
Maka musti ada yang berinisiatif, melontarkan ide berkumpul di moment-moment khusus. Termasuk moment berbuka puasa, bisa dijadikan alasan berkumpul dengan saudara. Mengingat masing-masing kami sudah berkeluarga, tinggal di rumah yang terpisah. Tentu tak semudah itu mengatur waktu.
Kebetulan ada satu kakak ipar, bersedia tinggal dan menjaga rumah orangtua. Sehingga rumah ada yang merawat, tidak kosong melompong. Sekaligus menjadi tempat berkumpul, kami anak-anak untuk merajut persaudaraan.
Jelang acara kumpul-kumpul inilah, rumah mertua menjadi semarak. Satu persatu keponakan tiba, bersama ayah dan ibunya. Kami bisa ngobrol, kangen-kangenan dan bertukar cerita. Melihat keponakan sudah kuliah, menyadarkan bahwa saya sudah berumur --hehehe.
Tak kalah bahagianya, melihat anak-anak ngumpul dan akrab dengan saudara sepupu. Mereka yang sebagian besar beranjak besar, tak seribut dulu saat anak-anak dan bermain bareng. Suasana ngabuburit yang resep (baca huruf E (pada resep) seperti E pada empedu), tanpa hiruk pikuk, tetapi penuh kehangatan.
Dibadingkan rentetan ngabuburit yang pernah saya lalui, rasanya suasana di rumah mertua begitu mengesankan. Meski hanya bisa dilakukan sesekali, karena kendala waktu dan jarak. Cukuplah, rumah yang uti menjadi tempat favorit ngabuburit saya.
---
Sore itu, akhirnya terlaksana juga acara bukber. Sebelum ashar, kakak yang tinggal di Serang datang. Membawa lalapan dan bahan sambal, serta beberapa menu sesuai kesepakatan. Menyusul kakak yang lain, yang tinggal di Serpong dengan bawaannya.
Ada satu kakak lagi tinggal di Kebayoran Baru Jaksel, datang berdua dengan istri tanpa anak. Karena di sekolah anaknya, sedang dilangsungkan pesantren kilat. Saya tinggal tidak jauh dengan rumah mertua, bisa bolak balik sewaktu-waktu. Kami bersaudara, membagi bawaan menu, sehingga tidak usah repot masak.
Ngabuburit yang seru, diisi dengan ngariung bareng keluarga besar. Para ibu sesekali nimbrung, sembari menyiapkan menu berbuka. Dan agar lebih intimate, konsep bukber dipilih konsep ngaliwet. Yaitu membentangkan daun pisang, ditata berjajar memanjang.
Kemudian kami duduk berjajar berhadapan, bisa makan sembari ngobrol. Setiap orang berhadapan, berhadapan nasi liwet dengan lauk pauk di pinggirnya. Kemudian space dibagian tengah, disediakan sambal atau kondimen yang bisa diambil bergantian.
Duh, bener-bener syahdu dan hangat. Rasa kekeluargaan menjadi rekat, yang semua asing menjadi akrab. Meski demikian, kebersamaan ini musti terus dipupuk. Bukber hanya sebagian, diantara kebersamaan yang lain. Di akhir bukber, kami sholat maghrib berjamaah. Kakak tertua menjadi imam, kami semua menjadi makmum.
Kegiatan bukber dengan keluarga, bisa saja dilakukan di luar rumah. Dulu kami pernah bukber di rumah makan di daerah Bintaro. Di lain kesempatan, juga pernah kumpul bareng di restoran daerah Bogor.
So, tempat ngabuburit favorit saya bisa di mana saja. Karena yang favorit bukan tempatnya tapi suasananya. Dan suasana kekeluargaan, menjadi pilihan ngabuburit favorit saya.
Semoga bermanfaat.
Content Competition Selengkapnya
MYSTERY TOPIC
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.
Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025