Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com
Untuk Pertama Kali, Lebaran Ini Aku Sungkeman di Pusaran
"Di antara kenangan yang kita ukir, sungkeman adalah doa yang kita panjatkan dalam diam."
Dalam perjalanan panjang kehidupan ini, orang tua bagiku adalah kampung halaman. Mereka adalah kehangatan dalam dinginnya dunia, dan kenyamanan saat badai menggoyahkan perahu jiwa.
Dalam pelukan mereka, terkhusus dengan ibu, aku menumpahkan segala perasaan, bercerita tentang diri, pekerjaan, keluarga, dan nafas kehidupan. Sosok terindah yang selalu kubutuhkan dan kurindukan, dan tak tergantikan.
Kasih sayang mereka bagaikan sungai yang mengalir deras, tak kenal waktu dan zaman. Cintanya seperti mata air jernih, menghilangkan dahaga kegalauan dalam jiwa dan rasa.
Namun, menjelang Idul Fitri seperti sekarang, kebahagiaan bagi mereka yang masih memiliki orang tua sebagai kampung halaman adalah bahagia tak terhingga. Bersilaturahmi, bersimpuh, meminta maaf, dan memeluk hangat adalah upaya sungkeman yang biasa dilakukan, menangis hingga hati terasa tenang dan tentram.
Sungkeman bukan sekadar tradisi, ia adalah keindahan, kehangatan, dan dalamnya makna ikatan kehormatan serta kekeluargaan. Ini adalah wujud penghormatan, kerendahan hati, dan permohonan maaf yang tulus kepada ibu dan bapak.
Namun, di lebaran ini, aku hanya bisa sungkeman di pusaran. Kamis sore kemarin, aku hanya bisa memandang dan memeluk kuburan mereka, membersihkannya dengan penuh kasih sayang seperti yang selama ini mereka lakukan padaku.
Tradisi sungkeman bukan hanya sekadar saling memaafkan, tetapi juga wadah untuk menyampaikan rasa terima kasih, rida, restu, dan doa agar ke depan semuanya menjadi lebih baik.
Mungkin aku tak bisa lagi merasakan hangatnya tangan mereka, atau mendengar nasihat bijak dan suara doa-doa indah yang mereka panjatkan. Namun, aku yakin, mereka selalu hadir dalam doa-doa terbaikku. Aku pun bersyukur, kerapnya ibuku menemuiku dalam mimpi yang indah.
Lebaran ini, sungkemanku kupanjatkan dalam doa di sajadah panjang. Lalu, seperti hari sore kemarin, kupanjatkan doa di pusaran. Itu adalah cinta yang abadi, terukir di dalam hati yang takkan pudar oleh waktu.