Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Guru

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Fenomena Kalap Belanja Makanan, Antara Kenyataan Versus Dugaan

2 Mei 2020   23:14 Diperbarui: 2 Mei 2020   23:58 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di pasar makanan tradisional ini, pengunjung akan menjumpai berbagai macam kue tradisional Banjar yang sebagian diantaranya akan sulit ditemui di hari-hari biasa. Di sinilah kita akan menjumpai istilah wadai 41. Istilah tersebut bukan sekedar istilah, namun memang hendak menggambarkan betapa beragamnya jajanan tradisional Banjar yang lestari hingga kini. Bahkan jika dihitung dengan jari, jumlahnya bisa lebih dari 41 macam.

Beberapa jenis wadai Banjar itu antara lain: Apam Habang, Bubur Habang, Bubur Baayak, Babungku, Babalungan Hayam, Bingka, Cingkaruk Habang, Cincin, Cucur Habang, Dodol Habang, Dodol Putih, Gagatas Habang, Gagatas Putih, Hintalu Karuang, Kakicak Habang, Kakulih Habang, Kalalapun, Lakatan Putih Bahinti, Lakatan Kuning Bahintalu, Lamang, Lupis, Papari, Putu Mayang, Roti Baras Habang, Roti Sagu, Surabi, Tapai Baras, Tapai Gumbili, dan Ular-Ular.

Kalap Belanja Makanan versus Kebutuhan

Mungkin jika kita perhatikan sepintas, ada begitu banyak warga masyarakat yang berbelanja di Pasar Wadai Ramadan setiap sorenya -- menjelang waktu berbuka puasa

Di sepanjang jalanan, kita akan menyaksikan transaksi jual beli wadai khas Banjar yang terjadi di sini. Satu orang mungkin akan berbelanja beberapa jenis wadai di beberapa stan makanan yang ada. Itulah fenomena yang menjadi pemandangan biasa di pasar kuliner yang satu ini.

Dari beberapa kisah yang dituturkan oleh sahabat-sahabat saya, banyak cerita menarik yang saya peroleh. Ada seorang teman yang pergi ke pasar wadai hanya seminggu sekali untuk membeli beberapa macam kue tradisional yang tidak pernah dijumpainya di tempat lain. Karena membeli sekaligus dalam jumlah yang banyak, maka orang lain mungkin menyangka bahwa dia tengah "kalap belanja"!

Mama mertua saya sendiri mempunyai kebiasaan unik saat berbelanja ke pasar wadai. Selama ini beliau selalu menyempatkan diri pergi ke Pasar Wadai Ramadan setiap tahunnya. Karena jumlah anggota keluarganya banyak, maka jumlah kue yang dibeli pun beragam sesuai pesanan masing-masing.

Berhubung pasar wadai ini digelar satu tahun sekali, maka harga kuenya pun agak mahal dibandingkan hari biasanya. Situasi tersebut bisa dimaklumi karena hanya di pasar wadai inilah kita bisa membeli beberapa jenis kue tradisonal Banjar yang sebagian diantaranya langka, dalam jumlah sepotong. Sebab di luar bulan Ramadan, kue-kue langka tersebut hanya bisa kita pesan kepada para pembuatnya. Itu pun harus kita beli dalam jumlah yang banyak, minimal setengah atau satu loyang.

Untuk satu loyang kue biasanya bisa dibagi menjadi 10 iris -- misalnya untuk jenis kue puding busa. Jika satu iris harganya 15 ribu rupiah, maka bisa dibayangkan harga per loyangnya. Maka secara ekonomi hal ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi warga masyarakat yang berkunjung ke Pasar Wadai Ramadan.

Mungkin dalam sekali belanja, kita akan mengeluarkan dana sebesar Rp100.000,- untuk membeli beberapa jenis wadai Banjar dalam satu kesempatan. Namun harga tersebut pantas kita bayar untuk sajian beragam kue langka yang sulit kita dapatkan di luar bulan Ramadan.

Di Pasar Wadai Ramadan ini tidak hanya menjual kue-kue khas tradisional Banjar, namun kita juga tetap bisa menikmati aneka jenis makanan yang dijajakan para pedagang kaki lima yang ikut berjualan di sana. Jadi berapa pun anggaran yang tersedia, kita tetap dapat berkunjung ke pasar wadai ini, tentu dengan membeli wadai dan menu lainnya sesuai isi kantong kita masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun