Obrolan Lebaran: Fokus Silaturahmi Bukan Ajang Pamer Kesuksesan
Misal, saat ketemu teman yang ekonominya masih penuh perjuangan maka jangan sampai membicarakan masalah keuangan. Apalagi membandingkan dengan usaha Anda. Itu tidak asyik. Menjengkelkan. Akan membuat lawan bicara merasa bersalah karena tidak bisa sesukses lawan bicaranya. Cari tema lain.
Jangan Bicara Politik atau Agama
Membicarakan politik atau keyakinan agama beresiko menimbulkan ketegangan. Bisa jadi lebaran yang harusnya momen untuk saling bercengkrama, mengenang masa lalu, malah menjadi perdebatan yang menyakitkan. Berakhir pertengkaran.
Pilihan politik atau agama biarlah urusan pribadi masing-masing. Kita menghormati setiap pilihan. Dengan tidak membicarakannya secara terbuka. Apalagi saat Lebaran.
Orientasi politik orangkota terkadang berbeda dengan pandangan orangdesa. Jika Anda mudik dan membahas politik, Anda akan terjebak pada keberpihakan. Dan pastinya akan membuat lawan bicara yang tidak sehaluan akan menahan diri untuk tidak berkomentar. Atau malah berkomentar untuk menyanggah apa yang Anda utarakan. Kondisi semacam ini pastinya tidak nyaman.
Ngobrol saja yang ringan-ringan: tentang makanan lokal, tentang kekonyolan waktu kecil, tentang alam yang berubah atau hal yang bisa dinikmati berdua obrolannya dan tidak menimbulkan pertentangan.
Jangan Menanyakan Pertanyaan sensitif
Kalau lawan bicara kita belum menikah; belum bekerja; belum lulus kuliah; belum punya anak. Hindari menanyakan tentang hal tersebut. Ini bisa menjadi perkara sensitif. Melukai orang yang diajak bicara.
Bagi yang cukup umur menikah pastinya sebuah cita-cita. Kalau belum juga menikah bisa jadi belum ada calon, atau ada sesuatu yang mendorong dirinya memutuskan untuk menunda nikahnya.
Sama saja saat ada orang yang belum bekerja, jangan tanya kenapa kok belum dapat pekerjaan. Ini pertanyaan yang berkategori penghakiman. Dan sangat menyakitkan.
Hal yang sama, menanyakan kapan lulus terhadap mahasiswa semester akhir. Bisa jadi dirinya stres gara-gara skripsinya bolak balik ditolak pembimbingnya. Kita bersilaturohmi untuk menyegarkan pikiran dari keruwetan. Jangan malah menjadi aktor penambah beban bagi orang lain.