Agus Subali
Agus Subali Guru

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Makna Ramadan: Berhenti Bertikai, Tebar Pemaafan

1 April 2023   22:44 Diperbarui: 1 April 2023   22:52 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makna Ramadan: Berhenti Bertikai, Tebar Pemaafan
1185790919-64284f4b3788d4630400dcb2.jpg

                                                                                            ilustrasi saling meminta maaf. Sumber:Kompas.com

Pada 11 Februari 1990, Nelson Mandela, pemimpin kharismatik Afrika Selatan dibebaskan. Selama 27 tahun dirinya mendekam di penjara. Setelah dirinya bebas seruan pertamanya adalah: "Ambil senapan, pisau, dan parang kalian. Buang semua ke laut!"

---


Tidak ada penyelesaian akhir dari pertikaian selain pemaafan. Tidak ada. Dan belum pernah ada. Memberi maaf dan meminta maaf. Itu sederhana tapi inti dari langgengnya interaksi: antarindividu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.

Meminta maaf bisa dilakukan oleh siapa saja. Tapi nyatanya banyak orang tidak mau meminta maaf walau dirinya salah. Itulah manusia yang dikuasai ego. Memberi maaf juga tidak mudah. Apalagi saat posisi lawan berada di bawah, memberi kata maaf pastinya berat. Kalaupun ada yang melakukan pastinya langka. Sangat langka. Dan pastinya susah.

Perang Melawan Nafsu

Ramadan melatih kita, membuka ruang jiwa kita seluas luasnya. Membuka ruang pemaafan tanpa batas. Puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus. Bukan semacam itu. Namun, proses melatih jiwa manusia untuk lebih kuat. Supaya mampu memerangi, lebih tepatnya mengendalikan hawa nafsu. Agar stabil dan tidak liar.

Sebagaimana sabda Rosulullah saw kepada sahabat-Nya ketika kembali dari Perang Badar, 

 

"Kita telah kembali dari jihad kecil menuju jihad yang lebih besar". Mereka menimpali, "Apa itu jihad yang lebih besar Ya, Rasulullah?" Lantas Rosulullah menjawab, "Berjihad atau memerangi hawa nafsu".  H.R. Baihaqi.

Praktik Ramadan hakekatnya berusaha untuk tidak memberi makan pikiran dengan nafsu, sehingga memunculkan jiwa yang tenang dan seimbang. Hampir pasti semua keruwetan di dunia diakibatkan keruwetan pikiran manusia sendiri. Persoalan manusia yang paling mendasar adalah masalah yang ada di pikiran. Bukan di luar dirinya. Itulah jihad besar yang dimaksud Nabi Muhammad SAW.

Salah besar, jika dengan memperkuat senjata pemusnah massal sebagai solusi damai permanen. Itu solusi semu yang siap sewaktu-waktu meledak. Meledak untuk mengubur semuanya.

Perkuat rasa pemaafan, dengan ketenangan pikiran. Itu senjata pemusnah massal menuju perdamaian abadi yang sesungguhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun