Agus Arwani
Agus Arwani Dosen

Membaca adalah petualangan tanpa batas yang dijalani dalam diam, menulis adalah ekspresi jiwa yang tercurah dalam kata. Keduanya membentang jembatan antara imajinasi dan realitas

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Kebijakan Moneter Islam Ramadhan: Krisis dan Peluang

26 Maret 2024   05:00 Diperbarui: 26 Maret 2024   05:07 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peluang: Pemberdayaan Ekonomi dan Keuangan Inklusif

Dalam menghadapi berbagai tantangan ekonomi, konsep pemberdayaan ekonomi dan keuangan inklusif muncul sebagai peluang penting yang dapat membawa manfaat luas untuk masyarakat. Konsep ini bertujuan untuk meningkatkan akses terhadap layanan keuangan dan ekonomi bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya mereka yang secara tradisional kurang terlayani oleh sistem keuangan konvensional. Inisiatif ini tidak hanya membantu mengurangi kemiskinan, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dan berkelanjutan.

Salah satu aspek kunci dari pemberdayaan ekonomi adalah pengembangan keuangan mikro dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). UMKM sering dianggap sebagai motor penggerak ekonomi, terutama di negara-negara berkembang, karena perannya dalam menciptakan lapangan kerja dan memasukkan lapisan masyarakat yang lebih luas ke dalam ekonomi formal. Mendukung UMKM melalui akses pembiayaan yang lebih mudah, pelatihan bisnis, dan bantuan teknis dapat secara signifikan meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan usaha kecil ini, yang pada gilirannya meningkatkan perekonomian secara keseluruhan.

Keuangan inklusif juga memainkan peran penting dalam mendorong inklusivitas ekonomi. Dengan menyediakan akses ke layanan keuangan seperti tabungan, kredit, asuransi, dan layanan pembayaran bagi populasi yang belum bankable, individu dan usaha kecil dapat mengelola risiko, berinvestasi dalam pendidikan atau kesehatan, dan meningkatkan kondisi hidup mereka. Inisiatif ini sangat penting di daerah pedesaan dan bagi kelompok-kelompok marginal, dimana akses ke layanan keuangan sering terbatas.

Selain itu, teknologi finansial (fintech) telah membuka jalan bagi inovasi dalam keuangan inklusif. Fintech memungkinkan penyediaan layanan keuangan dengan biaya lebih rendah dan lebih cepat, bahkan di daerah terpencil. Pemanfaatan teknologi seperti mobile banking, dompet digital, dan platform peer-to-peer lending telah meningkatkan jangkauan dan efektivitas layanan keuangan bagi masyarakat yang sebelumnya tidak terjangkau oleh sistem perbankan tradisional.

Pemberdayaan ekonomi dan keuangan inklusif juga memerlukan dukungan kebijakan dan regulasi yang kondusif dari pemerintah. Langkah-langkah seperti memberikan insentif fiskal untuk investasi di UMKM, menetapkan kerangka kerja hukum yang mendukung keuangan mikro, dan memastikan regulasi fintech yang seimbang antara inovasi dan perlindungan konsumen adalah krusial. Dengan kebijakan yang tepat, kombinasi dari pendekatan ini dapat membawa transformasi ekonomi yang inklusif, mengurangi kesenjangan sosial ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum.

Strategi Kebijakan

Strategi kebijakan dalam konteks bulan Ramadhan harus dirancang untuk mengoptimalkan potensi ekonomi unik yang ditawarkan oleh bulan ini, sambil memastikan keberlanjutan dan stabilitas ekonomi. Ramadhan, dengan karakteristiknya yang unik, tidak hanya merupakan waktu bagi umat Islam untuk beribadah dan refleksi spiritual, tetapi juga membawa dampak signifikan pada pola konsumsi, perilaku keuangan, dan dinamika ekonomi.

Pertama, penyesuaian kebijakan moneter dapat sangat berpengaruh selama Ramadhan. Bank sentral di negara-negara mayoritas Muslim mungkin perlu mempertimbangkan penyesuaian sementara dalam kebijakan suku bunga untuk mengakomodasi perubahan dalam pola likuiditas pasar. Selain itu, dapat diadakan inisiatif khusus Ramadhan, seperti skema pembiayaan yang lebih mudah atau penundaan pembayaran utang bagi pelaku usaha kecil dan menengah, yang mendukung kegiatan ekonomi selama bulan suci.

Kedua, pentingnya zakat, salah satu rukun Islam, menjadi fokus khusus selama Ramadhan. Pemerintah dan otoritas moneter dapat mengkoordinasikan dengan lembaga keuangan dan zakat untuk memastikan pengumpulan dan distribusi zakat dilakukan dengan efisien dan efektif. Pengelolaan zakat yang baik tidak hanya memenuhi kewajiban religius, tetapi juga berperan sebagai alat redistribusi kekayaan untuk membantu masyarakat kurang mampu, sekaligus berpotensi menstimulasi aktivitas ekonomi.

Ketiga, meningkatkan kesadaran dan pendidikan keuangan syariah menjadi sangat relevan. Selama Ramadhan, program edukasi mengenai produk keuangan syariah dan prinsip-prinsipnya bisa lebih gencar dijalankan, memanfaatkan momen ini untuk meningkatkan literasi keuangan syariah di kalangan umat Muslim. Pengetahuan yang lebih baik tentang produk dan layanan keuangan syariah dapat mendorong partisipasi yang lebih luas dalam ekonomi Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun