Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Full Time Blogger

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ustaz/Pendakwah Panutan Tak Bakalan Melukai Hati Siapa pun

8 April 2022   23:46 Diperbarui: 9 April 2022   00:25 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ustaz/Pendakwah Panutan Tak Bakalan Melukai Hati Siapa pun
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Pun, tidak semua pendakwah punya gaya berkomunikasi yang oke dalam berdakwah. Sementara komunikasi adalah koentji. Umat yang didakwahi bisa kabur jika kerap dibikin sakit hati.

***

Apa yang saya tuliskan ini berdasarkan pengalaman pribadi. Andai kata dahulu saya tidak bertemu Ustaz Wijayanto dan Mbah Suyuti, bisa jadi sampai hari ini saya masih malas-malasam melaksanakan salat fardu lima waktu.

Siapa mereka? Mbah Suyuti adalah tetangga saya di kampung halaman sana. Beliau merupakan takmir masjid kampung sekaligus kepala KUA setempat.

Mbah Suyuti sepertinya curiga kalau saya tak pernah beribadah salat fardu. Maklumlah. Saat itu keluarga saya masih kaum abangan tulen.

Akan tetapi, tiap kali kami berjumpa beliau selalu mengatakan, "Piye kabare Nduk? Masih indekos di kota kabupaten? Sekarang kelas berapa? Masih tetap salat lima waktu toh? Dijaga ya, salatnya."

Hmm. Saya memang tak pernah salat. Jadi, saya tak menjawab. Cengar-cengir saja. Namun, diam-diam berusaha rajin salat. Salut buat Mbah Suyuti yang cara menegurnya halus sekali.

Ketika mulai kuliah saya makin jarang berjumpa Mbah Suyuti. Bahkan, tak pernah lagi hingga beliau wafat. Namun, tugas beliau seolah diestafetkan kepada Ustaz Wijayanto.

Ustaz Wijayanto yang sekarang beken itu adalah dosen agama Islam saya sewaktu kuliah. Sama halnya dengan Mbah Suyuti, Ustaz Wijayanto sukses menegur saya dengan halus terkait urusan salat fardu.

Tatkala itu beliau mengatakan kepada para mahasiswa, "Semua bakalan dapat nilai A untuk agama Islam. Asalkan menjalankan salat lima waktu."

Tentu saya yang abangan tertegun mendengarkan perkataan tersebut. Merasa berat. Saya ingin nilai A, tetapi tidak salat. Akhirnya saat ditanya, apakah saya salat atau tidak, saya nekad berbohong. Saya menjawab bahwa saya rutin melakukan salat fardu. Jawaban saya dicatat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun