Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.
Teror Bingkisan Lebaran
Lebaran kian dekat. Orang-orang pun mulai menerima atau membagikan bingkisan Lebaran. Dalam perjalanan pulang sehabis pura-pura jogging tadi sore, saya berpapasan dengan dua orang yang membawa banyak parsel cantik. Tampaknya mereka menuju musala yang berlokasi di mulut gang. Mungkin parsel-parsel cantik mungil itu hendak dibagikan di sana. Kepada jamaah peserta bukber (takjilan) atau untuk anak-anak TPA-nya.
Dua hari sebelumnya, saya melihat salah satu ibu pengurus organisasi menenteng beberapa goodie bag. Kelihatannya dia ditugasi mengantarkan bingkisan Lebaran ke rumah-rumah para pengurus lainnya.
Lalu selepas Salat Tarawih tadi, saya melihat tetangga sebelah menerima satu kardus bingkisan Lebaran. Yup, saya yakin kalau itu bingkisan Lebaran sebab di kardusnya tertulis "Selamat Idulfitri" plus ada gambar masjid dan ketupat Lebaran.
Kebetulan setelah tadarusan kok ya ada obrolan tentang bingkisan Lebaran. Yang mengobrol teman-teman, sih. Saya cuma menyimak.
Salah satu dari mereka 'kan guru mengaji di sebuah TK. Dia itulah yang berkisah kalau barusan menerima bingkisan Lebaran dari seorang profesor. Ceritanya, si profesor tengah berbagi kebahagiaan dengan para guru PAUD dan TK di seantero kota kami. Syukuran kebahagiaan atas keberhasilannya mencapai gelar profesor dalam bidang PAUD dan TK.
Hmm. Seru juga ya cerita-cerita di balik pembagian bingkisan Lebaran itu. Saya yakin masih banyak cerita lainnya di luaran sana. Cerita di balik eksistensi sebuah parsel.
Namun ngomong-ngomong, saya jadi bingung menentukan sikap. Enaknya bersiap menerima bingkisan Lebaran atau bersiap membagikannya? Yang jelas sampai detik ini saya belum menerima ataupun merancang pembagian bingkisan Lebaran sama sekali. Bagaimana menurut Anda?
Salam.