Agus Tomaros
Agus Tomaros Penulis

Historia Magistra Vitae

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ramadhan bersama Al-Qur'an: Tamat dengan Indah atau Sekadar Kejar Target?

18 Maret 2024   13:01 Diperbarui: 18 Maret 2024   15:26 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadhan bersama Al-Qur'an: Tamat dengan Indah atau Sekadar Kejar Target?
Ilustrasi Al-Qur'an (Kompas.com)

Tidak Mengejar Target Membuat Bacaan Kita Lebih Tartil

Di antara konsekuensi mengejar target tamat berkali-kali adalah kita dapat terjebak pada ketergesa-gesaan dalam membaca Al-Qur'an sehingga bacaan tidak tartil. Hal ini tentu bertentangan dengan Firman Allah dalam Al-Qur'an surah Al-Muzammil ayat 4. Allah Ta'ala berfirman: "...dan bacalah Al-Qur'an dengan tartil."

Para sahabat yang mulia mengartikan tartil dengan membaca secara perlahan dan sesuai dengan tajwid. Imam Al-Mawardi dalam kitab al-Haawi (dikutip oleh Imam An-Nawawi dalam kitab At-Tibyan) sangat mengecam orang-orang yang membaca Al-Qur'an dengan tidak memperhatikan panjang pendeknya bacaan (harakat). Beliau Imam Al-Mawardi rahimahullah bahkan menghukumi fasik mereka yang membaca Al-Qur'an dengan menghilangkan, memasukkan atau memindahkan harakat. Di bagian ini kami mengutip nasihat Imam An-Nawawi bahwa para ulama berkata, "Membaca Al-Qur'an dengan tartil itu disunahkan untuk merenungkan artinya." Mereka juga berkata bahwa membaca dengan tartil disunahkan bagi orang bukan Arab yang tidak memahami maknanya karena hal itu lebih dekat kepada pengagungan dan penghormatan serta lebih berpengaruh di dalam hati.

Kesimpulan

Berdasarkan nasihat dari beberapa ulama di atas, maka sikap yang terbaik adalah mentadabburi Al-Qur'an atau melakukan tilawah hakiki di bulan Ramadhan bukan sekadar mengejar target tamat berkali-kali. Ini juga akan membuat bacaan kita lebih tartil.

Mungkin ada yang bertanya lalu bagaimana dengan ulama yang tamat hingga puluhan kali di bulan Ramadhan atau sahabat-sahabat Nabi SAW yang tamat hanya dalam waktu tujuh hari? Mungkin kita perlu ingat bahwa ulama-ulama yang dimaksud adalah mereka yang sangat paham bahasa Arab bahkan sebagian besar mereka memang merupakan orang Arab. Seringnya mereka tamat juga didukung karena mereka hafal Al-Qur'an.

Kita tidak akan mampu menyamai sahabat-sahabat mulia yang bisa tamat dalam waktu tujuh hari. Mereka adalah murid-murid terbaik dari manusia yang paling paham Al-Qur'an yaitu Rasulullah SAW. Mereka adalah suku terbaik dari suku Arab yang dialek bahasanya dipakai sebagai bahasa Al-Qur'an, sehingga setiap mereka membaca maka sekaligus mereka paham maknanya. Lalu bagaimana dengan kita?

Memang benar ada hadis Nabi SAW bahwa, "Barangsiapa membaca satu huruf Kitab Allah, maka dia mendapat pahala satu kebaikan sedangkan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, tetapi Alif, satu huruf dan Lam satu huruf serta Mim satu huruf." (H.R. At-Tirmidzi dan beliau menyebut hadis ini Hasan Sahih). Tetapi jika hanya keutamaan ini yang kita kejar berarti kita hanya mengejar keutamaan mendapat pahala. Kita baru sampai pada derajat khatam, belum pada derajat tadabbur atau tilawah sebagaimana dinasihatkan oleh Dr. A'idh Al-Qarni. Kita belum sampai pada tujuan Al-Qur'an diturunkan sebagai petunjuk dan mungkin juga kita belum sampai pada fungsi Al-Qur'an sebagai obat bagi jiwa-jiwa dan hati kita.

Semoga kita diberi kekuatan untuk mentadabburi Al-Qur'an agar tamat terasa indah bukan sekadar mengejar target menamatkan berkali-kali. Jika mengikuti petunjuk Nabi SAW sesungguhnya tamat sekali dalam sebulan itu adalah anjuran yang pertama. Jika terhadap sahabatnya saja, Nabi SAW menasihatkan mereka untuk tamat sekali saja dalam sebulan, bagaimana dengan kita? Sungguh, di antara manusia ada yang khatam Al-Qur'an hanya sekali selama Ramadhan. Akan tetapi, khatam yang sekali itu sungguh indah, mulia, dan agung bahkan sanggup mengobati penyakit-penyakit jiwa dan mengobati luka-luka hati dengan Kalam Kekasih-nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun