Agus Tomaros
Agus Tomaros Penulis

Historia Magistra Vitae

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ramadan yang Nestapa di Palestina, Masih Tersisakah Doa untuk Mereka?

28 Maret 2024   12:11 Diperbarui: 28 Maret 2024   12:24 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadan yang Nestapa di Palestina, Masih Tersisakah Doa untuk Mereka?
Pengungsi Gaza buka puasa di antarareruntuhan (sumber: Kompas.com)

Saat ditanya tentang bagaimana warga Gaza bertahan di tengah blokade, Fikri bercerita bahwa mereka memasak makanan kaleng atau kentang rebus untuk sahur dan berbuka puasa. Hal ini terus berulang karena mereka tidak memiliki ketersediaan bahan pangan, bahkan mengutip data Kementerian Kesehatan Palestina ada 2.00 tim medis yang bertugas di Gaza Utara yang melaksanakan puasa tanpa bersahur karena minimnya bahan pangan. Keadaan semakin memprihatinkan karena warga Gaza masih ketakutan di tengah gencatan senjata yang tidak jelas dan serangan yang masih terus dilakukan oleh Israel meskipun di bulan Ramadan.

Usaha Menghidupkan Ramadan di Kamp Pengungsian

Meski secara umum, warga Palestina di Gaza diselimuti kepiluan Ramadan, tetapi masih terdapat sekelompok kecil warga yang berusaha menghidupkan Ramadan. Tinggal berdesakan di kamp pengungsian yang sempit tidak menjadi alasan mereka menyerah terhadap kepedihan. Hal ini di antaranya terlihat di Kamp Mawasi, Khan Younis. 

Jurnalis Kompas.com mengisahkan bagaimana sejumlah warga berusaha menghidupkan semangat anak-anak di malam-malam Ramadan, misalnya dengan memasang lampu hias di sepanjang kamp pengungsian lalu mengajak anak-anak menonton atau menyanyikan lagu-lagu tradisional Ramadan. Anak-anak juga diajak mengenang Ramadan tahun sebelumnya di mana mereka masih bebas bermain dan bersuka cita.

Kekejaman Israel terhadap warga Gaza memang belum berhenti. Jurnalis Kompas.com (24/3/2024) bahkan melaporkan bahwa Israel tega menyerang sekumpulan warga yang sedang menunggu bantuan di bundaran Kuwait di Selatan kota Gaza. Diberitakan lebih dari 20 orang mengalami luka-luka dalam serangan tersebut. 

Pada Kamis, 29 Februari 2024, Israel juga pernah menyerang warga Gaza yang sedang menunggu bantuan. Total sudah lebih dari 31.270 warga yang tewas di Gaza akibat agresi Israel dan 2/3 dari korban tersebut merupakan anak-anak dan perempuan. Sementara sebagian besar dari 2,7 juta penduduk Gaza kini berada di kamp-kamp pengungsian hingga Ramadhan datang menemui mereka. Seharusnya potret Ramadan di Gaza ini mengundang keprihatinan dunia internasional.

Israel Mengeksekusi 140 Warga Palestina dan Kembali Menembaki Warga yang Antre Bantuan

Kekejaman Israel tidak berhenti meski warga Palestina tengah menjalani bulan Ramadan. Tribunnews (22/3/2024) memberitakan bahwa pada Kamis, 21 Maret 2024 mereka bahkan mengeksekusi 140 warga Palestina dengan cara yang sangat sadis yakni dengan cara meledakkan gedung di kompleks Al-Shifa. Sebagian besar yang tewas merupakan anak-anak. 

Serangan ini juga menghancurkan peralatan medis di Jalur Gaza. Aksi keji Israel berlanjut hingga malam hari dengan membakar rumah-rumah yang menampung warga sipil. Akibatnya banyak warga yang terjebak dan meninggal dunia. Selain itu, Israel juga melakukan pengeboman ke kamp pengungsi al-Nuseirat sebanyak empat kali dan menewaskan empat orang.

Kekejaman Israel yang dikecam banyak negara, termasuk Indonesia adalah saat mereka menyerang warga yang sedang antre menunggu bantuan. Diberitakan oleh CNBC Indonesia (25/3/2024), sedikitnya 19 orang tewas dan 23 lainnya terluka, saat Israel menyerang warga yang antre bantuan di dekat bundaran  Al-Kuwait, Jalur Gaza. Berselang tiga pekan sebelumnya, aksi keji Israel jauh lebih sadis lagi hingga diberitakan banyak media nasional di antaranya Kompas TV (3/3/2024). Ketika itu pasukan Zionis menyerang warga Gaza yang mengantre menunggu bantuan di Nabulsi, sebelah barat kota Gaza pada Kamis, 29 Februari 2024. Akibatnya sedikitnya 115 warga sipil tewas dan lebih 700 lainnya terluka.

Masih Tersisakah Doa untuk Palestina?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun