KH. Ahmad Dahlan dan Spirit Al-Maun
Siapa yang tak mengenal Muhammad Darwisy? Ya, itu adalah nama kecil dari KH. Ahmad Dahlan sebelum beliau naik haji dan berguru ke tanah arab. Setelah berganti nama, arti dari nama Ahmad Dahlan adalah Pembawa berita yang terpuji.
Sesuai dengan arti namanya, KH. Ahmad Dahlan kemudian menjadi ulama besar yang terus berusaha penuh untuk menegakkan ajaran islam yang murni berdasarkan Al-Quran dan Hadits.
Darah ulama sudah mengalir pada KH. Ahmad Dahlan, beliau adalah putra dari KH. Abu Bakar yang merupakan pejabat khatib di Masjid Besar Kauman Yogyakarta. Bahkan jika tarik jauh, KH. Ahmad Dahlan memiliki garis keturunan ulama besar seperti Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) hingga menjadi Keturunan Rasulullah dari Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Rasulullah Muhammad Rasulullah SAW.
Meskipun anak dari ulama besar kala itu, perjuangan dakwah KH. Ahmad Dahlan bisa dikatakan sangat berat. Bagaimana tidak, beliau membawa pembaruan-pembaruan dakwah yang bersifat asing dimata umat islam di nusantara kala itu.
Tantangan tidak hanya hadir dari kolonial belanda saja, namun beliau harus menghadapi masyarakat islam kauman dan sekitarnya yang menganggap ajaran dari KH. Ahmad Dahlan adalah ajaran yang sesat dan melenceng dari islam. Hal itu diperparah dengan didirikannya organisasi Muhammadiyah oleh beliau, yang dianggap sebagai gerakan pelencengan dari ajaran yang sudah ditetapkan oleh Masjid Besar Kauman.
KH. Ahmad Dahlan mendirikan sekolah, lengkap dengan papan tulis, meja dan kursi yang saat itu dianggap sebagai gaya khas belanda. Apalagi metode pembelajaran agamanya saat itu menggunakan alat musik biola, yang didapatkanya sepulang dari berguru.
Hingga suatu saat KH. Ahmad Dahlan dicap sebagai Kiai Kafir, yang membawa dampak asing masuk kepada pembelajaran islam. Tuduhan kafir itu bukan hanya datang dari ulama dan masyarakat kauman, namun banyak ulama di sekitar kauman yang juga menyudutkan KH. Ahmad Dahlan.
Namun perjuangan dakwah beliau yang gigih dan penuh semangat, membuat para santrinya yang loyal tetap bertahan. Kemudian KH. Ahmad Dahlan lebih memperkenalkan Muhammadiyah dalam berbagai hal seperti bergabung dengan Sarekat Islam (SI) dan Boedi Utomo, yang pada akhirnya membuat organisasi itu dapat dikenal banyak orang yang terbuka dengan ajarannya.
Perjuangan Melalui Spirit Al-Maun
Dalam menggerakan dakwah organisasi Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan menggunakan landasan dari Al-Quran tepatnya Surat Al-Maun. Dalam pengajarannya beliau memaknakan bahwa ibadah ritual tidak ada artinya jika tidak dibarengi oleh amal sosial. Ajaran surat Al-Maun itu diajarkan terus menerus, hingga para pengikutnya bisa benar-benar mengamalkan tujuan dari surat Al-Maun tersebut.
Tujuan KH. Ahmad Dahlan dalam menafsirkan surat Al-Maun kepada santri dan pengikutnya bukan semata-mata untuk menghapalkan surat itu saja, melainkan bagaimana caranya mempraktekan surat Al-Maun ke kehidupan nyata.
Hingga suatu saat KH. Ahmad Dahlan menyuruh santri-santrinya untuk keluar mencari orang-orang miskin, yatim-piatu, dan kaum terbelakang di sekitar daerahnya. Kemudian mereka dirawat, diberi pakaian terbaik, diberi makanan dan minuman yang layak, dan diberi tempat tidur yang baik.