Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.
Menebus 'Dosa Sampah' Ramadan dengan Aksi Jempolan
Kata dosa, bukan dosa dalam arti agama yang kaku. Tapi, lebih kepada sebagai kelakuan kita yang salah pada alam di sekitar kita. Lebih-lebih di bulan yang penuh berkah.
Menggabung pengelolaan sampah dan nilai spiritual adalah pendekatan yang masuk akal. Dan lebih efektif dalam mengubah perilaku.
Argumen ini sejalan dengan kata laman Islami.co. Pengamat sosial dan agama melihat faktor spiritual dalam permasalaha lingkungan sebagai faktor penting.
Frasa 'dosa sampah ramadan' bisa lebih dari sekadar kampanye kebersihan biasa. Tapi jadi ajakan untuk melihat kembali makna Ramadan itu sendiri.
Apa sampah yang kita hasilkan sebanding. Apakah sebanding dengan kepedulian, kesederhanaan dan rasa syukur yang kita latih di bulan ini? Pertanyaan ini yang harus menggelitik pikiran kita.
Tebus Dosa dengan Aksi Jempolan
Lalu, bagaimana cara menebus 'dosa sampah Ramadan' ini? Nggak perlu bikin hal yang besar atau ribet kok.
Menebus dosa bisa dimulai dari hal yang sederhanan, kecil, dan rumah sendiri. Dan tindakan yang selalu digaungkan Mbak Tutut Setyorini adalah mengompos dari rumah.
Membuat kompos dari sampah organik ternyata mudah, dan menyenangkan.
Sisa makanan seperti kulit buah, sisa sayur, tulang ayam, nasi basi, ampas kopi. Semua bisa diolah jadi kompos yang bermanfaat untuk tanaman.
Kita bisa menggunakan berbagai metode. Dari yang sederhana seperti lubang biopori. Hingga yang modern seperti keranjang takakura.
Mengompos tak hanya mengurangi volume sampah, juga menghasilkan pupuk alami yang bisa kita pakai untuk tanaman hias di rumah. Jika lebih, kita bagikan ke tetangga. Manfaat ganda.
Content Competition Selengkapnya
MYSTERY TOPIC
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.
Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025