Yuk, Tengok Tradisi Ramadan di Daerahku!
Tradisi merupakan kebiasaan yang diturunkan dari generasi ke generasi. Tradisi bisa berasal dari sebuah kepercayaan ataupun karena adanya suatu peristiwa/momen tertentu. Hal ini untuk menandai atau memperingati suatu kejadian agar tidak terlupakan. Sedangkan tradisi yang berkaitan dengan kepercayaan, biasanya ada keterikatan rasa takut jika tidak dilaksanakan. Ketakutan itu misalnya berupa musibah jika tidak dilaksanakan. Dalam hal ini saya tidak membahas karena diluar konteks dalam tulisan saya.
Dalam menghadapi bulan suci Ramadhan seringkali di daerah tertentu mempunyai tradisi yang unik. Tradisi tersebut bersifat kebiasaan. Kebiasan ada yang bersifat amaliyah dan ada yang bersifat memeriahkan dengan dibarengi syukuran yang di dalam memuat nilai sedekah.
Di daerah Sampit pada pertengahan bulan sya'ban menjadi bulan yang istimewa. Sebagian besar masyarakat melaksanakan puasa nisfu sya'ban selama sehari, namun untuk menghindari pengkhususan ada yang dua atau tiga hari. Pada malam nisfu Sya'ban , mayoritas masyarakat memenuhi mushola atau masjid untuk melaksanakan shalat maghrib kemudian membaca Surah Yasin bersama-sama sebanyak 3 kali yang dipimpin oleh seorang imam.
Di mushola tempat saya tidak melewatkan kegiatan tersebut. Setelah shalat Isya ada kegiatan tambahan yakni syukuran dan khataman Quran. Anak-anak yang sudah khatam Quran melaksanakan syukuran bersama setiap malam Nisfu Sya'ban. Acara syukuran tersebut didanai hasil gotong royong masyarakat sekitar. Hal tersebut berdasarkan kesepakatan. Pada tahun-tahun sebelumnya hidangan syukuran disajikan oleh masing-masing keluarga dengan membuat nasi bungkus, Seiring berjalannya waktu sejak 5 tahun terakhir nasi bungkus mulai dikurangi berganti dengan sajian tumpeng.
Beginilah penampakan kemeriahan makan bersama setelah acara. Aktivitas dipenuhi rasa kekeluargaan dan kebersamaan.Mereka berkerumun menghadap hidangan tumpeng makan bersama menggunakan piring daun. Situasi tersebut bagaikan makan bersama keluarga di rumah. Sedangkan anak-anak memperebutkan telur dan bendera uang setelah khataman usai.
Tradisi lanjutan dilaksanakan pada akhir bulan Ramadhan. Kebiasaan di mushola kami selalu mengadakan acara khataman quran dan syukuran setelah sebulan melakukan tadarus quran. Acara tersebut tidak kalah meriahnya.menu hidangan tumpeng dan ketan berhiaskan telur dan bendera menjadi penyerta.
Saya berprinsip bahwa selama tradisi itu positif, tidak ada salahnya jika dipertahankan. Saya kutip dari sindonews.com tentang tanya jawab antar seorang jamaah pengajian dengan Ustaz Farid Nu'man Hasan hafizhahullah sebagai berikut,
Bahwa penyambutan datangnya bulan Ramadhan juga dilakukan ulama terdahulu. Dari Imam Ibnu Rajab menceritakan bahwa para sahabat juga mempersiapkan datangnya bulan Ramadhan 6 bulan sebelum nya. Cara penyambutannya merupakan perkara yang lapang
. Dengan demikian saya simpulkan bahwa selama tradisi tidak bertentangan dengan syariah, dan tidak ada unsur menyekutukan Alloh SWT masih bisa dilakukan. Tradisi yang dilaksanakan saat menjelang dan di bulan Ramadhan merupakan bagian dari syiar, untuk mempererat ukuwah. Karena didalamnya mengandung unsur sedekah, silaturahmi dan amalan-amalan yang semuanya merupakan bagian dari ibadah.