[Coretan Ramadhan 16] Kecerdasan Intelektual dalam Islam
Bicara tentang tingkah laku manusia tentunya tidak ada habisnya seperti halnya; peradaban, romansa, pemikiran, kemajuan zaman, sampai pada hal-hal yang sebagian orang menganggap tidak normal dilakukan, serta masih banyak lagi. Namun dari keunikan itu semua, masalah persepsi atau sudut pandang menjadi perbincangan yang cukup lumayan ramai belakangan ini.
Dengan dianugerahkan akal, yang memberikan derajat manusia lebih tinggi dari makhluk hidup lainnya, pernahkah kita sesekali memikirkan tentang adanya akal. Seperti halnya, kadang kita merasa akal memberikan kita ide-ide bagus yang bisa memberikan kita kekuatan untuk bertahan dalam kerasnya kehidupan dunia ini. Namun, kadang pula akal memberikan kita sebentuk hal-hal yang memberikan rasa kesedihan, ketidakberdayaan, menciptakan kefrustrasian, atau yang lainnya.
Jadi sebenarnya akal ini anugerah atau kutukan? Wkwk
Oke, dari pada pikiran kita menjadi tidak karuan karena memikirkan hal yang tak semestinya kita pikirkan, lebih baik kita simak ulasan sederhana berikut ini tentang intelektual dalam Islam serta intelektual yang dimiliki Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana Beliau merupakan panutan yang benar-benar dapat memberikan kita suatu kebahagiaan baik di dunia maupun di ahirat.
***
Melansir dari Jurnal Ulunnuha, yang ditulis oleh Faisal, F. (2016) dengan judul Kecerdasan Intelektual Rasulullah SAW: Perspektif Hadis. Menyebutkan bahwa dalam konteks manusia yang diturunkan di muka bumi ini yaitu sebagai "agen perbaikan", maka berjalannya kehidupan sangat berkepentingan dengan sumber daya manusia yang ada.
Berbicara mengenai masalah sumber daya manusia, tentu tidak dapat lepas dari kemampuan manusia dalam hal berpikir (intelektual). Karena dengan kecerdasan serta intelegensi yang baik yang dimiliki oleh manusia, akan memberikan kemampuan dalam hal bertahan hidup serta menerima perbaikan-perbaikan atau perubahan dalam arus perkembangan zaman.
Dalam ajaran Islam, adanya akal yang dimiliki manusia sangat di perhatikan sekali. Seperti yang dijelaskan oleh Faisal, F. (2016) yang mana mengatakan, "dalam Al Qur`an banyak sekali ayat-ayat yang mengisyaratkan tentang akal. Berkali-kali Allah SWT menyebutkan perihal akal, orang yang berakal, serta penggunaan akal pikiran seperti kalimat 'afala ta'qilun', 'afala tatadabbarun', dan sebagainya. Demikian pula di dalam hadis, banyak ditemukan isyarat pentingnya akal dalam beragama".
Lebih jauh lagi Faisal, F. (2016) menyebutkan bahwa dengan adanya agama yang memberikan sebentuk larangan serta perintah-perintah dari Allah, tidak akan dapat dipahami oleh seorang hamba bila mana seorang hamba tersebut tidaklah mengoptimalkan kemampuan dari akal pikirannya.
Karena itu, untuk menjadi seorang Muslim yang kaffah, apalagi bisa menjadi khalifatullah fil ardh yang menjalankan hukum-hukum agama, mestilah seorang yang memiliki akal pikiran yang baik dan sehat. Faisal, F. (2016) menuliskan pula bahwa Rasulullah SAW dalam sebuah hadisnya, mewajibkan bagi seorang Muslim untuk menggunakan akalnya dalam memahami dan mengimplementasikan firman Allah SWT.