Lebaran Cuma Ritual Sekadar Basa-basi
Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri adalah sebuah tradisi momentum untuk saling memaafkan, dengan harapan agar semua kembali suci dari berbagai dosa dan kesalahan. Tradisi ini masih bisa sangat dinikmati didaerah, di kampung halaman.
Namun di era digital dewasa ini, tradisi saling memaafkan tersebut semakin mudah untuk dilakukan, terlebih lagi dengan adanya media sosial, sehingga prosesi ritual saling memaafkan semakin mudah untuk dilakukan, dengan semakin mudahnya maka tradisi tersebut pun hanya menjadi cuma basa-basi.
Pada awalnya mungkin semua bisa dinikmati dengan penuh hikmat, tetapi semakin lama semakin dianggap sebagai sebuah ritual yang biasa. Pada awalnya rajin mengirim pesan lewat media Chat, selanjutnya cukup mengirimkan ucapan lewat media gambar dan audio visual.
Yang mengirimkan pesan bisa jadi bermaksud untuk serius menyampaikan permohonan maaf, namun karena keterbatasan waktu kadang cukup dibalas dengan "Sama-sama ya," atau cukup dengan kata "dengan ucapan yang sama."
Pada akhirnya semua yang seharusnya penuh hikmat menjadi sesuatu yang biasa-biasa saja, dan menjadi sesuatu yang cuma basa-basi. Ternyata kemudahan berkomunikasi secara digital tidak sampai pada sentuhan rasa di sanubari, berbeda dengan bertemu dan melalui sentuhan fisik.
Bisa jadi semakin maju tekhnologi nantinya, semakin tidak lagi ada nilainya sebuah silaturahmi. Itulah nikmatnya lebaran pulang mudik, karena di kampung suasana lebaran masih sangat terasa, interaksi antar sesama masih sangat terasa murni, bukan sekedar basa-basi.
Tradisi mudik menjadi sesuatu yang sangat dinanti walaupun hanya setahun sekali. Masyarakat perkotaan sudah tidak bisa lagi menikmati suasan interaksi yang sakral tersebut, semua dilakukan hanya sebatas basa-basi, tidak ada lagi sentuhan rasa saling menghargai.
Alasan kesibukan dan terbatasnya waktu cuti, semua menjadi dilakukan cukup sebatas basa-basi. Semakin lama suasana interaksi dalam lebaran akan semakin kehilangan makna, karena semua dilakukan sudah tanpa rasa.