Akademizi
Akademizi Konsultan

Akademizi lahir dari sebuah visi besar yang ingin mendorong kemajuan gerakan filantropi Islam sekaligus mampu menjadi inspirasi bagi gerakan kebajikan dan pemberdayaan umat.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Tanpa Mempunyai Produk Baik, Strategi Penghimpunan di Ramadhan akan Sia-sia

16 Februari 2024   17:55 Diperbarui: 12 Maret 2024   14:23 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanpa Mempunyai Produk Baik, Strategi Penghimpunan di Ramadhan akan Sia-sia
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Strategi penghimpunan di Ramadhan oleh lembaga zakat harus disertai dengan berbagai produk yang ditawarkan sehingga menarik bagi donatur.

"Strategi penghimpunan di Ramadhan akan sia-sia jika tidak mempunyai produk yang akan kita lakukan. Strategi bukan hanya penghimpunan dan program tetapi stakeholder yang terlibat dalam program Ramadhan," kata Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat (PPZ) Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) Aan Suherlan dalam Forum Literasi Filantropi Vol 16 bertemakan "Strategi Sukses Ramadhan 1445 H" yang diselenggarakan Akademizi, Kamis (16/2/2023)

Kata Aan, program yang dibuat lembaga zakat harus menarik buat donatur dan menguatkan kinerja pemerintah. "Program yang didesain menjadi kebutuhan dan solusi bagi masyarakat. masyarakat kebutuhannya adalah ingin buka bersama cukup, ini kebutuhan yang kami sampaikan sehingga ibdahnya khusuk," jelasnya.  

Potensi penghimpunan saat Ramadhan tinggi karena berdasarkan survei 88 persen masyarakat mendonasikan untuk zakat, infak dan sedekah. 80 persen masyarakat mengeluarkan dana untuk buka puasa dengan masyarakat.  

"Belanja makanan 79 persen, belanja Ramdhan dan lebaran 69 persen, belanja kebutuhan 53 persen, mudi 43 persen, lebaran (uang hari raya 42 persen, bepergian dan hiburan 42 persen, hampers 36 persen," jelasnya.  

Kata Aan, puncak perputaran uang tertinggi di Ramadhan di mana Bank Indonesia menyiapkan Rp175,26 triliun dan Rp40 triliun untuk Idul Fitri.

Kata Aan merancang program Ramadhan dengan membangun value customer. Pertama, value delivery. Kesanggupan dalam mengirimkan value yaang dijanjikan juga sangat penting. Ini menyangkut kredibilitas. Jangan pernah mencoba untuk menjanjikan sesuatu yang memang tidak bisa dipenuhi.

Kedua, innovation, ide atau gagasan baru yang belum pernah ada ataupun diterbitkan sebelumnya. Sebuah inovasi biasanya bersisi terobosan-terobosan baru mengenai sebuah yang diteliti oleh sang inovator (orang yang membuat inovasi).

Ketiga, value creation, memberikan nilai tambah dan manfaat lebih kepada para stakeholder sehingga mampu membangun paradigma bukan hanya kekadar menciptakan dan menjual suaru produk, tetapi memastikan mampu memberikan manfaat atau nilai tambah kepada customer (donatur, penerima manfaat).

Direktur Utama Laznas Lembaga Manajemen Infak (LMI) Agung Wicaksono mengatakan, lembaga filantropi Islam bisa memanfaatkan Ramadhan untuk fundraising.

"Ramadhan adalah memomentum fundrasing yang produktif untuk memperbesar basis muzaki/donatur, memperkuat posisi brand dan meningkatkan transaksi," ungkapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun